Berkat honorarium itulah saya sempat jalan dan ketagihan menulis. "Jalan yuk," begitulah saya mengajak beberapa teman. Biasanya kalau di kantong ada sekitar Rp 50.000 bebaslah kami berjalan. Maklum, saya menjadi 'donatur'. Biasanya tidak sampai 10 orang yang ikut. Itu pun lintas angkatan.
![Kenangan menganalisis pecahan keramik, 1980, dibimbing Pak Abu Ridho (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/23/kama-04-5f1918fbd541df5f193985c5.jpg?t=o&v=555)
Gunung Penanggungan menjadi tujuan survei karena di atasnya, mulai dari lereng hingga puncak, terdapat banyak kepurbakalaan. Masanya dari abad ke-9 hingga ke-15. Kami berjumlah belasan mahasiswa. Selain survei, kami pun mendokumentasikan dan membersihkan rerumputan atau ilalang yang menutupi kepurbakalaan.
Nostalgia arkeologi memang sukar dilupakan. Apalagi saya pernah jatuh menggelinding dari puncak Penanggungan karena tersandung batu ketika turun.*** Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI