Seorang teman mengirim sebuah foto "Arsip Hari Ini". Diperlihatkan Direktur Gedung Arca Jakarta, Dr. Thomassen A.A.D. van der Hoop sedang memegang sebuah arca. Tanggal pada foto tertulis, Batavia, 15 Juli 1948. Pada foto tertulis juga sumber: ANRI, RVD Batavia 1947-1949 No. 5851.
Gedung Arca atau Museum Arca merupakan sebutan populer dari masyarakat bagi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wettenschappen. Sekarang nama itu telah berubah menjadi Museum Nasional. Lokasi museum di Jalan Medan Merdeka Barat, persis di seberang halte TransJakarta Monumen Nasional.
Di kalangan arkeolog, terutama yang mendalami prasejarah, nama van der Hoop sangat populer. Beberapa tulisan beliau masih menjadi referensi hingga sekarang. Dua karyanya yang sangat populer berjudul Megalithic Remains in South-Sumatra, dipublikasikan pada 1932. Satu lagi Indonesische Siermotieven atau Ragam-ragam Perhiasan Indonesia (1949). Kebetulan saya punya buku yang disebut terakhir itu.
Saya tidak tahu nama lengkapnya. Memang jarang sekali, bahkan tidak ada, sumber referensi yang menyebutkan nama lengkap beliau. Dalam buku hanya ditulis A.N.J. Th. A. Th. Van Der Hoop. Apakah nama ini sama dengan yang disebutkan oleh ANRI, entahlah. Yang saya tahu, nama-nama orang Belanda memang panjang karena menunjukkan anak siapa dan dari daerah mana. Contohnya van den Berg yang berarti dari gunung, mungkin asal nenek moyangnya dari daerah pegunungan.
Sebagai ahli prasejarah, Hoop banyak membantu Bataviaasch Genootschap. Itu tercermin dari bukunya yang terbit pada 1949. Dalam buku tentang megalitik, Hoop banyak menyinggung tentang megalitik di Sumatera Selatan, terutama Pasemah.
Megalitik bermakna batu besar. Di Sumatera Selatan memang banyak ditemukan batu-batu besar berupa arca, lesung, kubur, dan kursi. Arca megalitik dari Sumatera Selatan tergolong luar biasa indah untuk ukuran masa itu. Banyak tinggalan megalitik masih berada di areal terbuka. Sebagian sudah disimpan di dalam museum.
Dalam Wikipedia berbahasa Belanda dikatakan A.N.J. Thomassen Thuessink van der Hoop, Â dilahirkan sebagai putra politisi anti-revolusioner Gijsbert Hendrik Thomassen Th. Thuessink van der Hoop (1847-1894) dan Sara Maria Johanna van de Poll (1864-1942).
Dia merintis sebagai pilot pada 1922. Pada 1924 ia terbang dari  Schiphol ke Batavia dan menerbitkan sebuah buku penerbangan pada 1925.  Pada tahun yang sama ia meninggalkan KLM untuk belajar geografi di VU Amsterdam dan kemudian di Utrecht, dengan etnografi dan prasejarah sebagai mata pelajaran minor.Â
Pada 1930 ia lulus dengan predikat cumlaude. Dia kemudian melakukan penelitian di Hindia-Belanda dan pada 1932 memperoleh gelar doktor di Utrecht. Disertasinya itu diterbitkan menjadi buku. Dari pilot menjadi arkeolog, begitulah van der Hoop.
Van der Hoop yang kelahiran 9 Maret 1893, meninggal pada 2 Februari 1969 dalam usia 76 tahun. Biografinya pernah ditulis oleh A.J. Bernet Kempers di majalah BKI. Salah satu murid van der Hoop yang cukup dikenal adalah pakar permuseuman Moh. Amir Sutaarga.***