Bukan cuma prasasti, beberapa komunitas melaporkan adanya sejumlah yoni berada di berbagai tempat dan digunakan untuk keperluan warga. Di Semarang, misalnya, sebuah yoni diletakkan dalam posisi terbalik, lalu di atas yoni tersebut diletakkan papan untuk barang dagangan.
Nah, ini ada sebuah batu yoni yang berada di pasar tradisional di wilayah Kec. Geneng, Ngawi. Batu itu masih dianggap keramat oleh warga sekitar, terutama para pedagang di pasar tersebut. Setiap kali para pedagang menaruh sesajian di batu yoni. Sesajian itu terkadang berupa bunga atau sejenis ketan dan beras merah.
Tinggalan arkeologi lain yang mereka jumpai berupa satu potongan batu yoni dan sebuah potongan arca. Namun arca yang tersisa hanya bagian pinggul ke bawah. Kedua tinggalan tersebut berada di wilayah Takeran, Magetan.
Di depan pelataran Pemkab Magetan, mereka menjumpai satu arca Ganesa. Arca itu terabaikan. Sayang tidak diketahui dari mana asal usul arca itu. Yang jelas, kata mereka, arca itu sudah lama berada di sana.
Partisipasi masyarakat tentu amat dibutuhkan sampai sekarang. Semoga ada perhatian dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan pemerintah kabupaten untuk menyediakan anggaran/gedung agar tinggalan-tinggalan arkeologi yang masih berada di alam terbuka bisa diselamatkan.
Terus terang, kondisi di alam terbuka amat riskan terhadap cuaca. Bisa-bisa tinggalan arkeologi akan aus atau berjamur, atau malah digondol maling barang antik.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H