Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Temuan Arca Kuno Unik dari Magetan, Ganesha Gimbal

6 Juli 2020   12:32 Diperbarui: 6 Juli 2020   12:38 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arkeologi atau ilmu purbakala telah berjalan amat panjang, paling kurang ribuan tahun yang lalu. Dalam perjalanan panjang itu telah terjadi berbagai peristiwa atau bencana yang tidak terduga. Gempa bumi dan letusan gunung berapi, dipercaya paling sering melanda negeri kita.

Populasi manusia pun semakin bertambah. Mereka menempati segala ruang kosong. Bukan tidak mungkin, lokasi yang mereka tempati sekarang, dulu merupakan wilayah kerajaan. Sebagai kerajaan, tentu masyarakatnya menghasilkan berbagai produk budaya seperti candi, arca, keramik, dan mata uang.

Tidak sengaja

Banyak temuan arkeologi ditemukan secara tidak sengaja. Candi Sambisari, misalnya, ditemukan oleh penggarap tanah. Ketika itu cangkulnya menyentuh benda keras, yang ternyata bagian dari candi. Situs Liyangan, ditemukan oleh penambang pasir. Setelah dilakukan ekskavasi (penggalian arkeologis) oleh para arkeolog, terkuaklah sebuah kota masa Mataram Kuno. Begitulah, peran masyarakat dalam membantu penemuan arkeologi.

Masyarakat pula yang berperan menemukan arca Ganesha di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sebelumnya tersembul batu-batu kuno. Setelah dilakukan ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, salah satu temuan bisa diidentifikasi sebagai arca Ganesha. Dalam mitologi Hindu, Ganesha adalah anak dewa Siwa. Ia berkepala gajah dan berbadan manusia. Ganesha melambangkan dewa ilmu pengetahuan. Karena itu gambarnya banyak dipakai sebagai logo lembaga-lembaga pendidikan.

Berbeda dengan kebanyakan arca Ganesha, Ganesha dari Magetan itu sungguh unik. Bentuknya dibuat keluar dari "pakem" yang ada. Yang sangat mencolok, sebagaimana penuturan Wicaksono dari BPCB Jawa Timur, rambutnya ikal panjang terurai hingga ke belakang punggung. Maka masyarakat menyebutnya Ganesha Gimbal.

Bahkan di belakang arca dipahatkan naga dalam posisi tubuh melingkar. Gambar pada bagian ini belum begitu jelas terlihat karena arca masih dalam posisi tergeletak. Bagian belakang masih berada di bawah. Saat ini ekskavasi masih berlangsung. Semoga nanti bisa terkuak lebih jelas.

Soal Ganesha bisa dipelajari lebih lanjut lewat berbagai referensi. Arca Ganesha memiliki beragam bentuk seperti duduk dan berdiri. Pernah dibahas sebagai disertasi bidang arkeologi oleh Ibu Edi Sedyawati.

Arca Ganesha yang unik (Foto: Wicaksono)
Arca Ganesha yang unik (Foto: Wicaksono)
Garuda

Di Jombang ditemukan arca Garuda. Garuda menjadi inspirasi bangsa Indonesia sebagai lambang negara.

Kisah Garuda terhubung dengan kisah Garudeya dalam cerita Samuderamanthana. Relief Garuda terpahat pada beberapa candi. Kisah lengkap Garuda terdapat dalam satu episode wiracarita Mahabharata, yaitu Adiparwa.

Singkat cerita, dikisahkan bakti Garuda untuk melawan ketidakadilan dan membebaskan ibunya dari sebuah perbudakan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Ibunya menjadi budak karena kelicikan sang lawan. Ketika itu ada tebak-menebak warna ekor kuda sakti. Sebenarnya tebakan ibunya Garuda benar. Namun oleh anak-anak lawannya yang berujud ular, ekor kuda itu diberi bisa sehingga berubah warna.

Dalam ikonografi, Garuda menjadi kendaraan tunggangan Dewa Wisnu. Sebagai penguasa alam atas, Garuda mampu mengalahkan semua lawan.

Kita belum tahu di dalam tanah masih ada tinggalan-tinggalan arkeologi apa saja. Pastinya banyak, ada di tengah sawah, pekarangan rumah warga, di atas bukit, bahkan di dalam perairan (sungai, laut, dan danau). Tinggalan-tinggalan itu bisa untuk merekonstruksi masa lampau. Ini untuk membuktikan bahwa masa lampau kita begitu jaya.

Nah, jangan lupa laporkan kepada instansi terdekat yah kalau Anda menemukan obyek cagar budaya atau diduga cagar budaya. Itulah kekayaan kita, jangan sampai lari ke mancanegara.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun