Singkat cerita, dikisahkan bakti Garuda untuk melawan ketidakadilan dan membebaskan ibunya dari sebuah perbudakan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Ibunya menjadi budak karena kelicikan sang lawan. Ketika itu ada tebak-menebak warna ekor kuda sakti. Sebenarnya tebakan ibunya Garuda benar. Namun oleh anak-anak lawannya yang berujud ular, ekor kuda itu diberi bisa sehingga berubah warna.
Dalam ikonografi, Garuda menjadi kendaraan tunggangan Dewa Wisnu. Sebagai penguasa alam atas, Garuda mampu mengalahkan semua lawan.
Kita belum tahu di dalam tanah masih ada tinggalan-tinggalan arkeologi apa saja. Pastinya banyak, ada di tengah sawah, pekarangan rumah warga, di atas bukit, bahkan di dalam perairan (sungai, laut, dan danau). Tinggalan-tinggalan itu bisa untuk merekonstruksi masa lampau. Ini untuk membuktikan bahwa masa lampau kita begitu jaya.
Nah, jangan lupa laporkan kepada instansi terdekat yah kalau Anda menemukan obyek cagar budaya atau diduga cagar budaya. Itulah kekayaan kita, jangan sampai lari ke mancanegara.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H