Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perlu Kolaborasi Arkeolog-Numismatis untuk Meneliti Uang Kuno

1 Juli 2020   18:10 Diperbarui: 2 Juli 2020   21:13 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Staf Museum Uang Sumatera di Medan memperlihatkan koin kuno masa kerajaan (Foto: Antara)

Setelah kemerdekaan 1945, Indonesia menggunakan mata uang sendiri. Ini membuktikan bahwa Indonesia negara berdaulat. 

Namun karena masih ada gangguan dari Belanda yang ingin menancapkan kekuasaan kembali, maka pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah menerbitkan mata uang sendiri.

Mata uang tersebut disebut ORIDA (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah), dikeluarkan pada masa 1947-1949 di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. ORIDA boleh diterbitkan oleh kabupaten, kawedanaan, atau penguasa militer setempat. 

Bahan yang digunakan masih amat sederhana seperti kertas singkong, kertas tulis, dan kertas kopi. Tercatat sekitar 500 ORIDA yang diterbitkan oleh daerah-daerah kecil di Jawa dan Sumatera.

Dibandingkan negara-negara lain, jelas ini merupakan kekayaan numismatik terbesar milik kita. Namun belum semua kekayaan tersebut sampai kepada kita. Dipastikan karena kita tidak memiliki data yang akurat. 

Selain itu kita mungkin kurang peduli. Terbukti banyak kekayaan numismatik kita justru dimiliki oleh orang-orang mancanegara. Beruntung, sejumlah numismatis berhasil memperoleh kembali kekayaan kita itu lewat lelang daring di ebay.

Koin Kerajaan Banten milik numismatis (Dok. Wisnu B)
Koin Kerajaan Banten milik numismatis (Dok. Wisnu B)
Kolaborasi arkeolog-numismatis

Meskipun sama-sama menangani mata uang, tujuan arkeolog berbeda dengan numismatis. Di mata arkeolog, mata uang merupakan artefak bertanggal mutlak. Mata uang kuno banyak ditemukan pada beberapa situs arkeologi. Sering kali uang-uang kuno ditemukan bersama benda-benda arkeologi lain.

Banyak ciri pada mata uang bisa menjadi bahan pertanggalan atau tarikh. Arkeolog berbicara konteks dengan temuan-temuan arkeologi lain. Tidak peduli benda itu memiliki 'grade' tinggi atau rendah. Tentu berbeda dengan kebanyakan numismatis yang mempertimbangkan 'grade' tinggi. 

Kolaborasi antara arkeolog-numismatis seharusnya bisa menghasilkan banyak cerita tentang rentetan pengetahuan, terutama tentang sejarah perekonomian, sejarah sosial, dan sebagainya.

Numismatis memang berbicara keindahan dan nilai investasi. Sekarang dibeli dengan harga satu juta rupiah. Besar kemungkinan sepuluh tahun mendatang, harga jual akan meningkat beberapa kali lipat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun