Lalu soal penambahan volume otak yang menunjukkan manusia semakin pandai, menurut Pak Harry, menyebabkan tengkorak semakin menipis. Tentang pertanyaan mengapa manusia purba tidak ditemukan di Sumatera dan Kalimantan, Pak Harry mengatakan dulu kedua pulau merupakan lembah yang sekarang tertutup air. Kedua daerah juga merupakan rawa. Karena rawa, maka kemungkinan sisa-sisa makhluk hidup tidak terawetkan.
Banyak pertanyaan dari para peserta, di antaranya tentang pengamanan temuan purba di Bumiayu. Dikabarkan selama ini penemuan fosil Bumiayu Tonjong disimpan di museum mini Bumiayu dan Kampung Purba Tonjong. Harusnya di tahun ini rencana pendirian museum purbakala di Galuh berlangsung. Namun tertunda karena Covid-19. "Masterplan museum sudah dibuat oleh konsultan dengan belajar dari museum Sangiran," kata seorang aktivis Bumiayu.
Pertanyaan lain dari masyarakat adalah apa faktor utama penyebab migrasi manusia purba dari Afrika; Â mengapa sulit sekali ditemukan fosil manusia purba di Jawa Barat; bagaimana membedakan fosil dengan batu; apakah tidak menutup kemungkinan bercak putih yang dijumpai pada permukaan tulang di Kali Bodas adalah Caliche, mengingat di daerah ini umumnya disusun oleh batuan vulkanik Formasi Gintung, yang banyak mengandung unsur Ca pembentuk caliche.
Sejak pandemi, kegiatan daring menjadi 'primadona' untuk menjadikan 'bahagia di rumah'. Semoga di masa keterbatasan sosial ini, kegiatan daring semakin diminati masyarakat sehingga berdampak pada apresiasi masyarakat terhadap kepurbakalaan.***
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H