Saat ini kita mengenal wabah yang disebut Covid-19 atau Korona. Wabah ini berjangkit hampir ke seluruh dunia. Ratusan ribu orang telah terpapar. Sekian persennya bahkan sampai meninggal.Â
Pandemi ini sudah berlangsung selama beberapa bulan dan belum ada tanda-tanda berakhir. Abad lalu juga terjadi wabah, dikenal sebagai Flu Spanyol. Banyak orang juga telah menemui ajal.
Ternyata adanya wabah telah lama dikenal di Nusantara. Di Bali dikenal dua naskah, yakni Calonarang dan Gaguritan Jayaprana. Ada beberapa macam naskah Calonarang. Yang tertua ditulis pada 1540 dan yang termuda ditulis pada 1990-an. Naskah Calonarang ditulis dalam beberapa genre sastra, yakni prosa dan puisi. Â
Begitulah uraian awal dari Prof. I Wayan Ardika, arkeolog dari Universitas Udayana. Beliau menyampaikan paparan berjudul "Pengalaman pandemi masa lampau sebagai pengantar 'tatatan normal baru'". Paparan itu disampaikan secara daring pada acara menyambut HUT ke-107 Purbakala pada 14 Juni 2020.
Menurut Pak Ardika, dikisahkan ada seorang pendeta Buddha bernama Mpu Baradah di lemah tulis. Ia memiliki seorang putri bernama Wedawati. Sejak ibunya meninggal, Wedawati selalu ke kuburan ibunya. Akhirnya Mpu Baradah menyuruh memindahkan asramanya ke kuburan.
Dikisahkan pula ada tokoh Calon Arang dari Desa Girah yang suka meneluh atau sihir dengan menyebarkan penyakit. Ia mempunyai putri bernama Ratna Manggali. Akibat ganasnya sihir itu, banyak rakyat yang melamar Ratna, meninggal dunia.
Kemudian Raja Erlangga mengadakan rapat di Kerajaan Daha untuk memberantas sumber penyakit. Beliau menugaskan Mpu Baradah untuk membunuh Calon Arang. Akhirnya Mpu Baradah berhasil dan wabah penyakit tidak menyebar lagi.
Kisah lain terdapat pada naskah Jayaprana. Diperkirakan rontal atau lontar itu ditulis pada 1732. Dikisahkan sebuah keluarga memiliki tiga orang anak. Karena ada wabah (gerubug), ayah, ibu, dan kedua anaknya meninggal.Â
Yang tersisa hanya si bungsu, I Nyoman Jayaprana. Jayaprana yang tinggal sebatang kara kemudian diambil oleh Raja Kalianget untuk tinggal di puri. Setelah dewasa, Jayaprana menikah dengan Layonsari.