Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah di Nusantara Dikenal pada Naskah Calonarang (1540)

15 Juni 2020   12:15 Diperbarui: 15 Juni 2020   12:21 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: naskah pada rontal (Foto: travel.kompas.com)

Ternyata raja tertarik dengan Layonsari dan berusaha membunuh Jayaprana. Nah, kata Pak Ardika, pada bait ke-5 naskah itu terdapat istilah gering (sakit) dan gerubug (wabah).

Di Bali sendiri ada desa adat yang disebut pakraman. "Menurut tradisi lama, pengalaman masyarakat desa adat/pakraman dalam menangani wabah (gering agung), terutama terhadap penderita penyakit lepra di masa lalu adalah dengan jalan mengisolasi penderita ke luar desa (johang uli desa)," kata Pak Ardika.

Kearifan lokal masyarakat Bali (Dokpri)
Kearifan lokal masyarakat Bali (Dokpri)
Dalam mencegah dan menangani Covid-19, prajuru dan pecalang (petugas keamanan) mengatur, mengisolasi warganya secara mandiri. Peran masyarakat adat sangat strategis, termasuk juga untuk warga lain.

Upacara, tidak lepas dari warga Bali. Untuk menanggulangi/mencegah hama/wabah, mereka melakukan upacara, untuk menjaga keseimbangan antara alam nyata (skala) dengan non-nyata (niskala). Setelah melakukan upacara, mereka diam di rumah, tidak pergi, dan tidak ke sawah. Ini disebut sipeng, yang bermakna menjaga jarak atau menjauhi hama/wabah tersebut.

Naskah-naskah lama sebenarnya banyak memuat makanan atau tanaman yang berkhasiat menyembuhkan, sebagaimana kitab pengobatan yang disebut usada. Semoga kita kembali kepada kearifan lokal.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun