Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kotak Pos dan Tromol Pos Tinggal Kenangan

2 Juni 2020   20:14 Diperbarui: 2 Juni 2020   20:22 2126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk lain kotak pos (Foto: Tribun Jambi)

Pada 1980-an ketika menangani buletin Romantika Arkeologia, saya sempat menyewa kotak pos yang ada di kantor pos di lingkungan Kampus UI Rawamangun. 

Lokasinya di dekat gerbang masuk kampus, tidak jauh dari Jalan Rawamangun Muka Raya. Mungkin buletin mahasiswa pertama yang memiliki kotak pos untuk menerima surat-surat masuk.

Saya lupa biaya sewa per bulan. Namun nomornya masih ingat, yakni Kotak Pos 004 RA/JNG. RA adalah kode untuk daerah Rawamangun, sementara JNG adalah Jatinegara. Setiap kotak pos yang ada di kantor pos tertentu memang memiliki kode sesuai wilayah masing-masing. Bentuknya macam-macam namun berukuran seragam.

Setelah syarat-syarat sewa selesai, saya mendapatkan satu kunci. Kotak pos ini menempel di dinding samping kantor pos. Bisa dibuka kapan saja, meskipun di luar jam kantor. Pintu kotak terdapat di bagian luar. Sementara petugas pos memasukkan surat dari bagian dalam. Waktu itu ada sekitar 100 kotak pos lengkap dengan nomor yang berurutan dan kunci.

Kotak pos disebut juga PO Box, singkatan dari Post Office Box. Dengan memiliki kotak pos, kita mudah menerima kiriman dalam bentuk dokumen atau barang pada satu tempat saja di kantor pos. Pengirim pun tidak sulit menuliskan alamat lengkap tujuan.

Kiriman dijamin aman karena hanya pemilik kotak pos memiliki kunci atau akses ke kotak pos tersebut. Apabila dibutuhkan pihak kantor pos bersedia mengumpulkan dan mengantarkan kiriman pada pemilik kantor pos.

Bentuk lain kotak pos (Foto: Tribun Jambi)
Bentuk lain kotak pos (Foto: Tribun Jambi)
Tromol pos

Selain kotak pos, ketika itu dikenal juga tromol pos. Bedanya tromol pos adalah kotak yang ditujukan untuk suatu alamat, namun dibuat sendiri oleh penggunanya. Hal ini karena persediaan kotak pos telah habis. Tromol pos tetap diletakkan di kantor pos dengan nomor identifikasi alamat. Meskipun dibuat sendiri, penggunaan tromol pos tetap dikenakan tarif namun lebih murah daripada sewa kotak pos.

Ketika zaman korespondensi melalui surat masih marak, kotak pos dan tromol pos banyak digunakan oleh perusahaan dan pribadi. Surat lamaran kerja, misalnya, biasanya dikirim ke alamat kotak pos/tromol pos.

Era internet tentu saja memukul keberadaan kotak pos/tromol pos. Orang semakin meninggalkan surat-menyurat yang menggunakan prangko. Untuk sampai tujuan, surat seperti ini butuh waktu minimal satu hari. Sebagai penggantinya kemudian orang menggunakan email atau pos elektronik, yang akan sampai dalam beberapa detik setelah pengiriman.

Dunia memang semakin maju. Yang lama hanya tinggal kenangan karena sudah jarang sekali bahkan tidak pernah digunakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun