Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menurut Penelitian Balai Arkeologi DIY, Situs Liyangan Tertutup Letusan Gunung Sindoro pada Abad ke-11

24 Mei 2020   16:21 Diperbarui: 24 Mei 2020   18:32 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kesekian kalinya saya mendapat kiriman buku-buku arkeologi dari Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta. Instansi ini sering disingkat Balar DIY. Ada buku tentang Gua Kidang, Manusia Purba Semedo, Situs Liyangan, dan ada beberapa lagi. Bahkan bukan cuma buku. Saya pun dapat cenderamata botol minum dan masker. Maklum, saat ini si covid masih belum mau pergi.

Balar DIY berdiri pada 1978. Secara organisasi Balar DIY merupakan Unit Pelaksana Teknis Kemendikbud di bidang penelitian dan pengembangan arkeologi. Meskipun namanya mengandung DIY, namun wilayah kerja Balar DIY mencakup DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Beberapa kegiatan di situs Liyangan (Foto: arkeologijawa.kemdikbud.go.id)
Beberapa kegiatan di situs Liyangan (Foto: arkeologijawa.kemdikbud.go.id)
Perawatan

Di luar penelitian, Balar DIY melakukan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional, pendayagunaan hasil penelitian arkeologi, dan publikasi hasil penelitian arkeologi. Nah, buku-buku termasuk jurnal yang saya dapat itu merupakan hasil penelitian arkeologi.

Balar DIY sendiri menerbitkan beberapa media publikasi. Yang paling lama bernama Jurnal Berkala Arkeologi. Jurnal ini telah mendapat akreditasi nasional dan internasional. Para peneliti, terbuka juga untuk arkeolog di luar Balar DIY, sering kali menulis di sini karena memperoleh angka kredit lumayan tinggi.

Buku-buku hasil penelitian juga banyak diterbitkan Balar DIY. Termasuk buku-buku semi ilmiah macam buku pengayaan pendidikan dan photobook. Bukan itu saja. Balar DIY memproduksi film pengetahuan arkeologi.

Sosialisasi

Untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat, Balar DIY kerap melakukan pameran dan sosialisasi di kota, kabupaten, dan sekolah. Pameran menampilkan gambar dan foto benda arkeologi hasil penelitian. Sebagai pelengkap, Balar DIY memutar film pengetahuan arkeologi, mengadakan kuis berhadiah, dan melakukan permainan edukasi. Upaya memasyarakatkan hasil penelitian arkeologi juga ditempuh melalui program Rumah Peradaban.

Di Indonesia sendiri ada sepuluh Balai Arkeologi (Balar). Kesepuluh instansi berinduk kepada Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Semuanya bergerak di bidang penelitian dan pengembangan.

Menariknya, di DIY ada lagi instansi arkeologi bernama Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, disingkat BPCB DIY. Sesuai namanya, BPCB DIY menyelenggarakan pelestarian, yakni pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan di wilayah DIY. Malah ada lagi tetangganya, yakni BPCB Jawa Tengah. Memugar candi, misalnya, merupakan tugas BPCB, bukan Balar DIY.

Beberapa publikasi Balar DIY (Dokpri)
Beberapa publikasi Balar DIY (Dokpri)
Liyangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun