Dijual koin dari zaman Belanda, harga permintaan 4 juta, boleh nego. Demikian salah satu postingan di Grup Jual Beli Uang Kuno. Rupanya dia mengambil contoh postingan sejenis di toko online. Lakukah barang tersebut?Â
Tentu saja tidak karena harga tersebut tidak wajar. Dalam kondisi kotor barang tersebut paling dihargai Rp 750 sekeping. Bahkan ada yang dijual secara kiloan atau borongan karena jumlah peredarannya di Nusantara pada masa lalu sangat banyak.
Begitulah ketidaktahuan masyarakat awam akan koin 1 Cent yang dikenal sebagai sen bolong. Di kalangan pedagang dan numismatis, koin ini dijual cukup murah, hanya beberapa ribu rupiah. Kecuali yang kondisi mulus, bisa mahal. Apalagi sudah disertifikasi atau di-grading karena biaya grading cukup mahal.
![Koin sen bolong dalam beberapa variasi tahun (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/14/sen-bolong-001-5ebc6db7097f36471d283872.jpeg?t=o&v=770)
Pemerintahan Hindia-Belanda di Nusantara pernah mengeluarkan beberapa jenis uang. Ada uang kertas, ada juga uang logam (koin). Bahan koin berupa perak dan tembaga. Â
Koin sen bolong yang berbahan tembaga dikeluarkan pada 1936 sampai 1945. Ketika itu Ratu Wilhelmina berkuasa di Belanda. Ukuran koin: berat 4,0 gram, diameter 23,5 milimeter, dan tebal 1,25 milimeter.
Pada bagian Obverse (depan) terdapat gambar padi, tulisan Nederlandsch-Indie di atas, dan nominal 1 Cent di bawah.
Pada bagian Reverse (belakang) terdapat aksara Jawa dan Arab, yang berarti seperseratus rupiah. Nah, ini menariknya koin sen bolong memiliki tiga bahasa.
![Tanda P, S, dan D pada koin 1942 dan 1945 (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/14/sen-bolong-lengkap-5ebc6e07097f362c572dcd64.jpg?t=o&v=770)
Setiap tahun jumlah cetakan koin 1 Cent tidak selalu sama. Mungkin disesuaikan dengan kebutuhan. Menurut buku Speciale Catalogus van de Nederlandse Munten van 106 tot heden (1992) tulisan Johan Mevius, diketahui sebagai berikut:
![Tahun pencetakan koin 1 Cent (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/14/sen-bolong-5ebc742e097f367b901d5022.jpg?t=o&v=770)
Pada 1942 pasukan Jepang mulai menguasai Nusantara. Karena itu pemerintah Hindia-Belanda mengasingkan diri ke Australia. Maka koin 1 Cent itu dicetak di beberapa tempat percetakan uang di AS, yakni Denver, Philadelphia, dan San Francisco. Dengan harapan menguasai kembali Nusantara, maka pada 1945 dicetak koin 1 Cent secara besar-besaran.
Koin 1 Cent masih berlaku setelah kemerdekaan 1945. Ini karena Indonesia belum memiliki koin sendiri. Indonesia baru memiliki koin pada 1951. Adanya delapan koin ini cukup membawa variasi untuk dunia numismatik Indonesia.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI