Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Masyarakat Awam Menawarkan Uang Kuno, Harganya di Luar Akal Sehat

10 Mei 2020   19:15 Diperbarui: 8 Juni 2021   15:45 7639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi uang kertas dan koin (Dokpri)

Kemungkinan besar yang ada di pikiran masyarakat awam adalah setiap 'uang kuno' berharga mahal. Padahal, di mata kolektor mata uang yang lazim disebut numismatis, harga mata uang tergantung 'grade' atau tingkat kondisi. 

Semakin bagus atau semakin tinggi 'grade' mata uang, maka harga semakin mahal. "Grade" yang diminati numismatis adalah mulus atau Uncirculated (Unc) dan Extra Fine (XF) atau bagus.

Sebutan 'uang kuno' ditujukan kepada uang-uang yang sudah tidak berlaku lagi sebagai alat transaksi yang sah. Banyak mata uang memang sudah ditarik dari peredaran oleh Bank Indonesia sebagai otoritas berwenang.

Baca juga : Ketika Masyarakat Awam Menawarkan "Uang Kuno", Pasang Harga Tinggi, Dikasih Tahu Ngeyel

Uang kertas yang ditawarkan masyarakat, kondisinya memprihatinkan (Dokpri)
Uang kertas yang ditawarkan masyarakat, kondisinya memprihatinkan (Dokpri)
Media sosial

Saya amati selain di toko-toko online, bisnis 'uang kuno' terdapat di Facebook. Banyak grup jual beli dan sejenisnya terdapat di media sosial ini. Grup Jual Beli Uang Kuno dan Jual Beli Barang Antik, merupakan dua grup yang cukup ramai. Setiap hari ada saja anggota baru yang masuk di sini.

Karena ketidaktahuan masyarakat itu, maka asalkan 'uang kuno' mereka tawarkan kepada para anggota grup. Tawar aja, kalau cocok saya lepas; berani mahar berapa gan; harting angkut, dan kata-kata lain jelas menunjukkan masyarakat awam itu tidak tahu 'grade'dan harga pasaran.

Foto-foto yang mereka posting pun agak menyedihkan. Ada yang kelihatan tanda lipatan, ada yang sobek, ada yang kotor, ada yang bernoda, bahkan ada yang compang-camping. Ini untuk uang kertas.

Baca juga : Ditukarkan dengan Rempah-rempah, Uang Kuno Beredar di Nusantara

Koin berkarat yang ditawarkan dengan harga tinggi (Dokpri)
Koin berkarat yang ditawarkan dengan harga tinggi (Dokpri)
Berkarat

Untuk uang logam atau koin, kondisinya kotor, berkarat, aus, dan rompal. Tak urung postingan mereka mendapat banyak tanggapan. Misalnya uang seperti ini gak laku kawan, simpan saja; kondisi kucel susah diminati kolektor; uangnya unik, ada sobek di sana-sini; dan berbagai guyonan lain.

Bisa dipastikan mereka terpengaruh internet terutama toko online dan youtube. Bayangkan, koin kotor dan masih relatif baru yang berumur 20-an tahun, ditawarkan dengan harga ratusan ribu hingga jutaan. Yang mau menjual 'uang kuno' memang banyak, tapi belum tentu ada yang berminat. Selain harganya tinggi, kondisinya pun tidak mendukung.

Kondisi yang disukai kolektor atau numismatis (Dokpri)
Kondisi yang disukai kolektor atau numismatis (Dokpri)
Akal sehat

Saya pernah melihat uang kertas bergambar Jenderal Sudirman seperti di atas ditawarkan dengan harga Rp 200.000. Uang ini bersejarah, tadinya gak mau saya jual, ujar si pemosting. Padahal, harga koleksi sejenis untuk kondisi mulus paling sekitar Rp 20.000. Harga mata uang kertas Indonesia umumnya berpatokan pada buku katalog uang kertas, yang sudah beberapa kali diterbitkan.

Baca juga : Banyak Tulisan dan Tayangan tentang "Uang Kuno" hanya demi Mengejar "Pageview" atau "Monetisasi"

Begitu pun koleksi koin. Dijual koin kuno 1945, 2 juta angkut, demikian tulis si pemosting. "Jangan bermimpi bung," ujar yang satu. "Emang berlapis emas," ujar yang lain. "Harganya di luar akal sehat," ada lagi yang berkomentar begitu. Segala bully-an pun keluar. Memang, untuk kondisi kotor seperti yang diposting, harganya paling sekitar Rp 5.000. Uang seperti itu, lazim disebut benggol atau uang kerokan, terbuat dari tembaga. Saking banyaknya produksi 1945, uang benggol banyak dijuali secara kiloan.

Jadi, harga 'uang kuno' tergantung 'grade' atau kondisi. Kondisi lecek, layu, terlipat, kotor, berkarat, dan aus pasti tidak diminati kolektor. Soalnya koleksi sejenis masih banyak di pasaran, terutama pedagang numismatik.***    

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun