Secara administratif, Candi Bubrah terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Candi Bubrah terbuat dari batu andesit, berdenah persegi panjang, dan berukuran 12 meter 12 meter. Saat ditemukan candi hanya tersisa reruntuhan setinggi dua meter. Itu sebabnya masyarakat menyebutnya sebagai Candi Bubrah.
Candi Bubrah baru disebut agak jelas di Rapporten Oudheidkundige Dienst (ROD). Laporan tersebut mengatakan Candi Bubrah dalam keadaan runtuh berserakan. Saat ini  Candi Bubrah berukuran 18,10 meter x 18,10 meter dengan tinggi total 20,55 meter. Candi itu menghadap ke timur. Demikian menurut laporan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
Candi Bubrah yang saat ini berada di bawah tanggung jawab BPCB Jawa Tengah, memiliki keunikan yang tidak dimiliki candi-candi Buddha lain, antara lain motif hiasan taman teratai yang mengisi lapik di bawah padmasana pada Dhyanni Buddha. Satu motif hias yang khas Candi Bubrah adalah hiasan ceplok bunga yang mengisi pagar langkan sisi luar.
Candi Bubrah sekarang menjadi contoh kerja keras para arkeolog dan jajarannya. Dari kondisi rusak 'disulap' menjadi megah. Banyak nilai penting yang diperoleh dari kawasan Prambanan ini.Â
Candi Sewu, Lumbung, dan Bubrah bersifat Buddha. Candi-candi lain di kawasan Prambanan bersifat Hindu. Jadi toleransi beragama berjalan berdampingan sejak berabad-abad lampau.
Banyak nilai penting yang diperoleh dari sini. Yang jelas, pelestarian harus tetap dilakukan. Agar candi yang sudah berdiri megah ini mampu bertahan selama mungkin.Â
Tujuan akhir pemugaran memang agar dapat dinikmati generasi masa sekarang dan masa kemudian. Untuk itu pariwisata harus terkontrol dan terencana dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H