Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat Papua Muncul Lebih Dulu daripada Masyarakat Indonesia Bagian Barat

29 November 2019   20:25 Diperbarui: 29 November 2019   20:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog budaya bersama Feri Latief dan Yosep Mandosir (Foto: Erri Rosdy)

Kalau bicara Papua, barangkali yang ada di benak kita adalah noken. Noken berhubungan dengan alam karena terbuat dari serat kulit kayu, lalu dianyam menjadi semacam tas. 

Pewarnaannya berasal dari akar tumbuhan dan buah-buahan hutan. Membawanya dikaitkan di kepala bagian depan, sehingga barang bawaan ada di belakang. Noken memiliki makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan, wanita, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi, kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas.

Selain noken, ada lagi honai. Honai adalah rumah khas suku Baliem di Wamena. Honai berasal dari kata hun yang berarti laki-laki dewasa dan ai yang berarti rumah. 

Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut. Sebagai "genteng"  digunakan jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela. Tujuannya untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua.

Noken dan Honai dipamerkan dalam ajang "Ragam Budaya Papua" di Gedung Sarinah, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Pameran berlangsung sejak 18 November lalu dan akan berakhir pada 18 Desember 2019. Pembukaan kegiatan dilakukan oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly.

Noken yang sudah diakui dunia (Dokpri)
Noken yang sudah diakui dunia (Dokpri)
Melanesia

Bukan cuma noken dan honai, dalam pameran juga diinfokan persebaran Melanesia. Beberapa waktu lalu saya mendengar dari Prof. (Ris) Harry Widianto, Ras Melanesoid menurunkan masyarakat Papua dan Halmahera. Mereka lebih dulu muncul daripada masyarakat yang sekarang berada di Indonesia bagian tengah dan barat.

Patung nenek moyang, alat musik, permainan, kerajinan masyarakat, dan perahu ikut dipamerkan. Di sela-sela pameran diselenggarakan pelatihan melukis wajah, lokakarya kuliner Papua, melukis motif Papua, dan diskusi terbuka.  

Dialog budaya bersama Feri Latief dan Yosep Mandosir (Foto: Erri Rosdy)
Dialog budaya bersama Feri Latief dan Yosep Mandosir (Foto: Erri Rosdy)
Warisan Budaya Takbenda

Menurut Kasubdit Diplomasi Dalam Negeri, Yayuk Sri Budi Rahayu, hadirnya Ragam Budaya Papua juga menyelaraskan dengan data yang dimiliki Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. 

Sepanjang 2019, terdapat 33 karya budaya Papua yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.  Sementara Noken Papua telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada 2012.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun