Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Pelukis Basoeki Abdullah, Siapa Tahu Bisa Menjadi Kelas Dunia

23 Oktober 2019   07:30 Diperbarui: 23 Oktober 2019   07:37 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu karya nominator terbaik (Dokpri)

Nama Basoeki Abdullah tentu sudah banyak dikenal. Ia adalah pelukis berkelas internasional karena pernah melanglangbuana ke beberapa negara. Lukisan karyanya banyak dikoleksi sejumlah negara, termasuk individu. 

Banyak lukisan dan peninggalan Basoeki Abdullah kemudian dihibahkan ke negara. Maka kemudian jadilah Museum Basoeki Abdullah, di Jalan Keuangan, Jakarta Selatan. Museum ini bisa dicapai dengan kereta MRT, berhenti di stasiun Fatmawati lalu jalan kaki sekitar 500 meter.

Untuk menghasilkan seniman-seniman muda, Museum Basoeki Abdullah kerap menyelenggarakan lomba mewarnai dan lomba melukis mulai anak-anak TK hingga SMA. Bahkan dalam ajang yang lebih besar diikuti mahasiswa dan seniman muda dari seluruh Indonesia. Pada 25 September lalu telah dibuka pameran hasil kompetisi Basoeki Abdullah Art Award #3.

"Kegiatan tiga tahunan ini menjadi bagian penting dalam agenda Museum Basoeki Abdullah untuk menghargai peran pelukis Basoeki Abdullah dalam memperjuangkan seni lukis Indonesia di pergaulan seni budaya Indonesia," kata Ibu Maeva Salmah, Kepala Museum Basoeki Abdullah.

Salah satu karya nominator terbaik (Dokpri)
Salah satu karya nominator terbaik (Dokpri)
Kompetisi

Kompetisi itu diikuti oleh 219 peserta dengan jumlah karya 263. Para peserta berasal dari seluruh Indonesia dan Asia Tenggara. Setelah rapat, terpilih 40 nominator. 

Tidak ada juara dalam kompetisi ini, hanya diputuskan lima nominator terbaik pilihan para juri. Ke-40 karya dipamerkan dari lantai 1 hingga lantai 3 dari 25 September hingga 25 Oktober 2019. Kelima karya para nominator terbaik diberi tanda khusus di samping karya mereka.

Dirjen Kebudayaan Bapak Hilmar Farid mengharapkan penikmat dan pengunjung pameran mendapatkan inspirasi yang tiada habisnya dalam karya-karya yang disajikan. 

Diharapkan pameran ini akan menularkan semangat dari para peserta untuk membawa nama baik negara dan bangsa dalam bidang yang kita tekuni sehingga memberikan manfaat bagi bangsa dan negara.

Salah satu karya dari 40 nominator (Dokpri)
Salah satu karya dari 40 nominator (Dokpri)
Re-mitologisasi

Re-mitologisasi menjadi tema Basoeki Abdullah Art Award kali ini. Tema tersebut diambil karena Basoeki Abdullah beberapa kali menghasilkan lukisan yang bertema mitologi, sebut saja Djoko Tarub, Nyi Loro Kidul, Dewi Sri, dan dunia pewayangan. 

"Kesemua lukisan tersebut telah memenuhi berbagai kriteria baik secara estetik maupun dari sisi pemikiran yang terkait dengan konsepsi mitologi sebagai bagian dari identitas kebangsaan kita," kata Pak Mikke Susanto mewakili Tim Juri.

Dalam kompetisi ini, ada tiga subtema yang diusung, yakni Re-mitologisasi Kebangsaan (tradisionalisme, kebangsaan, spiritualitas, agama), Re-mitologisasi Ketubuhan (kecantikan, popularitas, problem sosial/rumah tangga), dan Re-mitologisasi Lingkungan (alam, lingkungan).

Belajar dari pelukis Basoeki Abdullah, siapa tahu bisa menjadi kelas dunia.

Menurut Kepala Museum Basoeki Abdullah Ibu Maeva Salmah, kegiatan akan ditutup pada 25 Oktober dengan acara ngopi bareng. Nah, masyarakat yang mau hadir dipersilakan datang pukul 15.00.

Museum Basoeki Abdullah terletak di Jalan Keuangan Raya Nomor 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Untuk menuju ke sana bisa naik kendaraan umum. Kalau naik Transjakarta Blok M-Pondok Labu turun di halte Banjarsari. Kalau naik MRT turun di stasiun Fatmawati. Setelah itu berjalan kaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun