Tumbler atau tempat minum masa kini terbuat dari plastik atau logam. Namun tumbler zaman dulu terbuat dari buah-buahan. Di Museum Kehutanan bisa dilihat tumbler tradisional yang terbuat dari buah maja atau nama Latinnya Aegle marmelos. Buah itu dikeruk isinya, kemudian dikeringkan. Agar nyaman dibawa, pada buah itu diberi anyaman bambu. Tumbler tradisional itu disebut Kolanding. Ukuran Kolanding ini cukup besar, yakni panjang keliling 69 cm dan diameter 20 cm. Sebagai pelengkap ada tutup dari kayu.
Kolanding biasa dipakai oleh Mantri Hutan pada zaman penjajahan Belanda ketika mereka sedang bertugas mengawasi hutan. Kolanding menyimpan persediaan air minum yang dapat dimanfaatkan Mantri Hutan selama dalam tugasnya di hutan.Â
Patung kayu
Ada lagi koleksi Museum Kehutanan yang menarik, patung dari kayu eboni. Dulu sekitar 1965 seniman Bali pernah mengalami kelangkaan kayu untuk bahan baku pembuatan ukiran. Mendengar kesulitan itu Bung Karno mendatangkan kayu eboni dari Sulawesi ke Bali untuk memenuhi permintaan para seniman. Ternyata kayu pengganti itu malah dipandang lebih bagus daripada kayu yang biasa dipakai seniman. Nah, salah satu koleksi kayu eboni hasil karya seniman Bali terdapat di Museum Kehutanan berupa patung Hanoman. Kayu eboni dikenal dengan warna kayunya yang eksotik bila dibuat ukiran.
Patung Dewa Wisnu sedang mengendarai Garuda menjadi koleksi unik lain. Patung ini cukup lengkap, karena patung sejenis di Bali yang disebut Garuda Wisnu Kencana kurang lengkap. Hal ini karena terganjal batas aturan ketinggian bangunan, yakni tidak boleh melebihi tinggi pohon kelapa.
Museum Kehutanan
Museum Kehutanan Nasional Manggala Wanabakti berdiri atas harapan para rimbawan akan adanya pusat informasi dan dokumentasi kehutanan yang merekam sejarah perjalanan kehutanan bangsa Indonesia. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber ilmu pengetahuan khususnya di bidang kehutanan.
Museum ini memiliki luas 1.466 meter persegi, diresmikan pada 24 Agustus 1983 oleh Presiden Soeharto. Visi dan misi museum adalah sebagai pusat informasi dan dokumentasi hutan dan kehutanan di Indonesia.
Pada 5 Juni 2015 nama museum diganti menjadi Museum Kehutanan Ir. Djamaludin Suryohadikusumo. Ir. Djamaludin adalah Menteri Kehutanan periode 1993-1998. Museum ini berada di bawah pengelolaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Â
Museum ini terletak di Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok VI dan terdiri atas dua lantai. Lantai pertama berisi pameran tetap beberapa artefak kehutanan, dan lantai kedua berisi pameran foto-foto dan informasi organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Jumlah koleksi yang dimiliki sekitar 900 artefak, 529 di antaranya dipamerkan di dalam dan luar gedung. Tata letak pameran disajikan menurut bidang-bidang Sejarah Kehutanan dan Rimbawan Pejuang, Alat-alat Kehutanan, Transportasi Hutan, Diorama Jenis Hutan dan Taman Nasional, serta Hasil-hasil Kehutanan baik jenis kayu maupun nonkayu. Â Â
Media sosial
Museum Kehutanan terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta 10270. Kalau dari arah Polda Metro Jaya berada sebelum Gedung DPR/MPR. Museum buka pada hari kerja, yakni Senin hingga Jumat pukul 09.00-15.00. Sabtu, Minggu, dan Hari Libur Nasional museum tutup. Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi pos elektronik museumkehutanan@gmail.com atau museum@manggala.or.id. Bisa juga melalui media sosial Facebook, Twitter, dan Instragram museumkehutanan. Memasuki museum ini tidak dikenakan biaya loh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI