Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asosiasi Museum, Mitra Pemerintah untuk Memajukan Permuseuman

5 Oktober 2019   11:16 Diperbarui: 5 Oktober 2019   12:18 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas sebagai peninjau, dari kiri Kang Asep, Mbak Ina, saya, dan Bang Ahmad (Foto: Dok. AMI)

Kamis, 3 Oktober 2019 dan Jumat, 4 Oktober 2019 saya diundang oleh Asosiasi Museum Indonesia (AMI) pusat untuk menghadiri acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) AMI dan AMIDA (AMI Daerah). Saya mewakili Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Ada lagi tiga komunitas yang diundang. Kami berempat berstatus peninjau.

Kegiatan Rapimnas dibuka oleh Ketua Umum AMI Pusat Pak Putu Supadma Rudana, setelah sebelumnya Sekretaris Jendral AMI Pusat Pak Sigit menyampaikan laporan. Yang membanggakan, pada masa 2019-2024 Pak Putu juga akan menjalankan tugas sebagai wakil rakyat di DPR. Saya dan teman-teman keluarga museum tentu berharap Pak Putu akan berjuang untuk perkembangan museum dan komunitas museum.

Dari kiri: Pak Putu, Pak Bambang, Pak Ketut, dan Pak Yiyok (Foto: Dok. AMI)
Dari kiri: Pak Putu, Pak Bambang, Pak Ketut, dan Pak Yiyok (Foto: Dok. AMI)
Musyawaran Nasional (Munas)

Menjadi ketua umum memang sulit, apalagi museum. Mungkin karena bukan jabatan strategis. Perlu diketahui, kepengurusan masa bakti 2014-2019 telah berakhir pada Mei 2019 lalu, maka pengurus AMI dan utusan Rapimnas mendorong segera terlaksananya Munas. Kepengurusan masa bakti 2019-2024 harus terbentuk untuk mengaktifkan roda organisasi.

Mengingat para pelopor AMI berasal dari Barasmus DIY, Himusba Bali, dan Paramita Jaya DKI Jakarta, maka peserta Rapimnas menunjuk tiga utusan AMIDA itu sebagai pimpinan sidang. Mereka adalah Ki Bambang dari Barahmus, Pak Yiyok dari Paramita Jaya, dan Pak Ketut dari Himusba.

Akhirnya 13 utusan AMIDA dari 19 AMIDA di seluruh Indonesia, secara musyawarah dan mufakat memilih kembali Pak Putu sebagai Ketua Umum AMI Pusat masa bakti 2019-2024.  Bersama tujuh formatur, akhirnya terbentuk susunan pengurus AMI Pusat dengan sedikit penyederhanaan dari susunan sebelumnya. Pada kepengurusan kali ini, komunitas dilibatkan untuk membantu kesekretariatan.

Oh ya, dalam sidang antara lain disepakati sedikit perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Organisasi telah terbentuk. Semoga ada tiga hal yang melekat pada keluarga museum, yakni rasa memiliki, rasa bagian dari dirinya, dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan permuseuman.

Komunitas sebagai peninjau, dari kiri Kang Asep, Mbak Ina, saya, dan Bang Ahmad (Foto: Dok. AMI)
Komunitas sebagai peninjau, dari kiri Kang Asep, Mbak Ina, saya, dan Bang Ahmad (Foto: Dok. AMI)
Sejarah AMI

AMI merupakan nama baru dari perkumpulan museum di seluruh Indonesia. Sebelumnya bernama Badan Musyawarah Museum Indonesia (BMMI). BMMI dideklarasikan di Yogyakarta pada 28 Oktober 1998. Nama AMI disepakati pada Musyawarah Nasional II BMMI 12-14 Juli 2004 di Cisarua, Bogor.

Pada awalnya AMI, yang berupa asosiasi museum sebagai lembaga, diisi museum-museum pemerintah. Karena itu pejabat museum bisa dimutasi kapan saja dan ke mana saja. Akibatnya ketua AMIDA yang dijabat kepala museum bisa berhenti berkegiatan. Selanjutnya bergabung museum-museum swasta.

Untuk melancarkan kegiatan AMI, AD/ART pernah diperbaiki. Dalam AD/ART perbaikan, anggota AMI terdiri atas tiga komponen, yakni anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan. Anggota biasa adalah museum-museum di seluruh Indonesia. Anggota luar biasa adalah setiap orang yang berminat dan memiliki kepedulian besar di bidang permuseuman. Anggota kehormatan diberikan kepada orang yang memiliki jabatan atau jasa-jasanya kepada AMI.

Tujuan AMI sendiri adalah:

  • Ikut memajukan permuseuman di Indonesia melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam lingkup regional, nasional, dan internasional.
  • Mewujudkan adanya organisasi dalam bidang permuseuman dengan anggota yang mempunyai profesionalisme tinggi, bermartabat, dan terhormat.
  • Menjadi mitra pemerintah untuk memajukan permuseuman di Indonesia sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing
  • Terjalinnya komunikasi dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap permuseuman di Indonesia.

Sebenarnya banyak masalah permuseuman yang kita hadapi. Di beberapa daerah terjadi penurunan eselonisasi museum, sehingga seorang kepala museum dimutasi ke dinas atau direktorat lain yang tidak ada hubungannya dengan museum secara langsung. Yang menyedihkan, beberapa kepala museum pernah mendapat beasiswa untuk pendidikan S-2 Museologi.

Di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 400 museum. Kita harapkan AMI memperoleh iuran keanggotaan dari seluruh museum. Besar iuran tentu harus dirapatkan terlebih dulu.

Tidak dimungkiri peran museum amat besar. Misalnya membentuk karakter bangsa, objek pendidikan, objek wisata, tempat pelestarian benda-benda budaya, sarana diplomasi budaya, sumber inspirasi, dan mengetahui perkembangan benda budaya. Mari kita memberi perhatian atau dukungan kepada museum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun