Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Merawat Buku Kuno dengan Kopi, Cengkeh, dan Lada

1 September 2019   17:50 Diperbarui: 11 April 2022   00:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bon pembelian 1951 (Dokpri)

Pagi-pagi saya sudah kerja bakti di rumah. Maklum, rumah selalu berantakan. Tempat yang saya tuju tentu gudang. Di gudang itu saya memiliki empat kontener majalah terbitan 1970-an seperti Sahabat Pena, Basis, Gading, dan Mutiara. Ada juga terbitan 1980-an seperti Intisari, Warnasari, dan Reader's Digest Indonesia. Sebagian besar majalah itu sekarang sudah tidak terbit lagi.

Meskipun tersimpan dalam kontener, tetap saja untuk pengamanan saya masukkan ke dalam plastik. Memang belum semua, maklum kehabisan plastik. Baru satu kontener yang sudah cukup rapi. 

Di kontener itu saya masukkan dua sendok bubuk kopi yang saya bungkus dengan kain kecil. Juga sedikit cengkeh dan lada. Baunya masih terasa agak menyengat. Nah, kata yang sudah pengalaman, ini untuk menangkal serangga seperti rayap dan kutu buku.

Merawat harta karun di gudang (Dokpri)
Merawat harta karun di gudang (Dokpri)

Tan Khoen Swie
Di dalam kontener yang sudah lama tidak saya buka, saya menemukan belasan harta karun. Harta karun itu berupa buku-buku dari Boekhandel Tan Khoen Swie. Dulu saya dapat dari tante saya. Rupanya buku-buku itu kepunyaan kakek saya.

Buku-buku tersebut terbit pada masa 1930-an dan 1940-an hingga 1950-an. Ada belasan judul. Sebagian besar sih masih dalam kondisi oke. 

Segera saya bersihkan lembar demi lembar dengan kuas. Kebetulan beberapa tahun lalu, saya pernah mengikuti lokakarya konservasi buku di Pusat Konservasi Cagar Budaya Disparbud DKI Jakarta.

Soal Boekhandel Tan Khoen Swie saya pernah menulis: Mengenal Tan Khoen Swie, Penerbit Legendaris yang Tersohor Sebelum Balai Pustaka.

Rupanya kakek saya senang buku-buku macam ramalan. Kalau melihat tanda tangan pada buku, saya perhatikan kakek membeli buku ini pada 1950 dan 1951. Tentu saja saya belum lahir.

Buku yang dibeli kakek pada 1951 (Dokpri)
Buku yang dibeli kakek pada 1951 (Dokpri)

Toko Soerabaia
Pada salah satu buku, saya menemukan bon pembelian. Bagian atas bon itu sudah agak rusak dimakan rayap. Namun pada bagian bawahnya jelas terbaca "Debet aan Toko Soerabaia". Di bagian bawahnya tertulis lagi Tan Khoen Swie -- Telf. No. 86 -- Kediri.

Saat itu kakek saya membeli dua buku dengan poswesel. Dalam bon tertulis buku Djampi Gaib berharga 4.50 dan Ramalan Pirasat berharga 6. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun