Hampir tidak diragukan lagi Palembang pernah menjadi lokasi pusat Kadatuan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi. Sebagian besar prasasti batu dari abad ke-7---8 Masehi ditemukan di Palembang. Selain itu ditemukan 30 prasasti pendek di sekitar Telaga Batu, Sabokingking di Palembang Bagian Timur.
Penggalian arkeologis, sebagaimana buku Ekspedisi Sriwijaya (Balai Arkeologi Palembang, 2010), dilakukan pada 1974, dilanjutkan secara intensif pada 1986-1992 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.Â
"Sebagian besar situs tersebar di sepanjang Sungai Musi sampai jarak lima kilometer dari tepi sungai. Konsentrasi aktivitas zaman Sriwijaya terdapat di daerah Bukit Seguntang, Karanganyar, dan kawasan Sabokingking-Gedingsuro," demikian arkeolog Nurhadi Rangkuti.
Seingat saya, engkong sering memberikan pendapat yang nyeleneh. Beberapa tahun lalu, ia pernah mengritik soal ulang tahun Jakarta 22 Juni. Menurut engkong, seharus 3 September saat Jakarta ditetapkan sebagai Kota Praja pada 3 September 1945 oleh Bung Karno.
Menurut engkong, pada 22 Juni 1527 pasukan gabungan Kesultanan Demak dan Cirebon memerangi bangsa Portugis sekaligus membantai penduduk asli Sunda Kalapa, yakni orang-orang Betawi.Â
Sebenarnya yang saya baca, nama Jakarta dikenal pada zaman pendudukan Jepang. 'Saudara tua' kita itu berusaha membuang segala hal yang berbau Belanda. Lalu menggantinya dengan istilah Indonesia atau Jepang.Â
Saya pernah baca iklan kecil pada koran lama bahwa pemerintah Jepang memberi maklumat mulai 8 Desember 1942 nama Batavia diubah menjadi Jakarta Tokubetsu Shi. Tanggal itu diambil dari perayaan Hari Perang Asia Timur Raya. Informasi demikian saya peroleh juga dari buku Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita (Lasmijah Hardi, 1987).
Sekali waktu engkong pernah berceloteh bahwa kerajaan tertua di Jawa Barat bukan di Batujaya tapi bernama Salakanagara. Salakanagara berdiri pada abad ke-2, sementara situs Batujaya diperkirakan berasal dari abad ke-3 atau ke-4.Â
"Pendapat Hasan Djafar itu salah," katanya yakin. Namun klaim Salakanagara lemah karena tidak ada bukti fisik. Yang ada hanya berupa catatan perjalanan dari Tiongkok. Sebaliknya di situs Batujaya dan sekitarnya ditemukan beberapa candi bata dan artefak Buddha lain.