Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pameran Foto Kemerdekaan: PM India dan Bung Karno Makan Rebung di Bogor

16 Agustus 2019   09:36 Diperbarui: 16 Agustus 2019   18:54 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Rushdy sedang memandu Ibu Triana dan undangan lain (Dokpri)

Menjelang perayaan proklamasi 17 Agustus, biasanya ditampilkan foto-foto lama tentang perjuangan fisik. Ada yang angkat bambu runcing. Ada yang angkat senjata. Ada yang merobek-robek bendera musuh. Dan masih banyak lagi tentunya.

Nah, banyak foto yang bersifat humanisme belum keluar karena masih berada di tangan beberapa instansi dalam negeri dan luar negeri. Beruntung, mulai 15 Agustus 2019 hingga sepuluh hari ke depan, di lantai 4 Perpustakaan Nasional, berlangsung pameran kesejarahan bertopik "Art and Diplomacy". 

Pameran ini diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara dan Perpustakaan Nasional.

Penyelenggaraan pameran dibuka oleh Direktur Sejarah Ibu Triana Wulandari. Menurut Ibu Triana, pameran sejenis akan berlangsung di tiga tempat berbeda. Selain di Perpustakaan Nasional, 16 Agustus ini, pameran akan diadakan di Galeri Foto Jurnalistik Antara. 

Sementara pada 17 Agustus 2019 berlangsung di Museum Bronbeek, Belanda. "Pameran ini penting untuk memberikan narasi kepada masyarakat Indonesia bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan melalui senjata tetapi juga melalui diplomasi internasional," kata Ibu Triana.

Dalam ruangan pameran (Dokpri)
Dalam ruangan pameran (Dokpri)
Santai
Perjuangan para pendiri bangsa itu terekam lewat karya seni dari masa revolusi, seperti foto, sketsa, lukisan, dan poster. Pameran disaksikan para undangan seusai mendengarkan hiburan dan sambutan. 

Ruang pameran berjarak beberapa meter dari Ruang Serbaguna, tempat acara berlangsung. Pemanduan pameran dilakukan oleh Pak Rushdy Hoesein dan Pak Oscar Motulloh.

Pasti dari kita belum banyak tahu kalau Presiden RIS didampingi Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan putrinya, Indira Gandhi, menikmati makanan khas rebung saat mengadakan kunjungan di Bogor pada 9 Juni 1950. Nah, foto hitam putih karya IPPHOS ada dalam pameran.

Pernahkan melihat Wakil Presiden Moh. Hatta santai di luar ruangan? Foto beliau di bawah air terjun di sela kunjungannya dalam pelaksanaan pemberantasan buta huruf di Sarangan, Magetan (Jawa Timur) ikut dipamerkan. Foto itu bertanggal 12 Juli 1948.

Pada foto lain ada kesan unik. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta berpose bersama dengan anggota kabinet di depan wartawan asing. Coba perhatikan, ada menteri berjas hitam yang bercelana pendek. 

Padahal, menteri-menteri lainnya bercelana panjang. Menurut Pak Rushdy, beliau adalah Amir Sjarifuddin yang baru keluar dari penjara. Jabatan beliau Menteri Penerangan.

Pak Rushdy sedang memandu Ibu Triana dan undangan lain (Dokpri)
Pak Rushdy sedang memandu Ibu Triana dan undangan lain (Dokpri)
Lukisan
Nama Henk Ngantung cukup dikenal. Bahkan pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Ternyata ia seorang seniman. Satu lukisannya ada dalam pameran. Pada bagian lain ada foto sidang pertama penyerahan kedaulatan Irian Barat antara pihak Indonesia dan Barat pada 10 Mei 1950.

Panel lain diisi poster dan berita dari berbagai media luar. Pameran dilengkapi koleksi audio visual tentang Konferensi Meja Bundar di Belanda. Hadir dalam pembukaan pameran antara lain keluarga Moh. Hatta, Bapak Hassan Wirajuda, sejarawan Jepang Aiko Kurasawa, guru-guru sejarah, mahasiswa sejarah, komunitas, dan pemerhati sejarah. Sebagian mendaftar lewat online karena pemerintah memiliki program Gemes (Gerakan Melek Sejarah).

Pengunjung di dalam ruang pameran (Dokpri)
Pengunjung di dalam ruang pameran (Dokpri)
Setelah menyaksikan pameran, para peserta kembali ke Ruang Serbaguna untuk mengikuti seminar kesejarahan dengan tema "Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan".

Ayo mumpung masih panjang, segeralah ke Perpustakaan Nasional, di Jalan Medan Merdeka Selatan. Tempatnya mudah dicapai kok, bisa melalui bus pengumpan atau TransJakarta turun di halte Balai Kota. Lalu jalan kaki sedikit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun