Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Naik Kereta LRT Masih Gratis

10 Agustus 2019   13:19 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan penghubung stasiun LRT dengan halte TJ (Dokpri)

Uniknya, setelah mengembalikan kartu singel trip itu, penumpang diberi uang kontan Rp2.000. Ternyata kartu yang kita gunakan terpotong Rp5.500, sementara tiket LRT masih gratis. Jadi kita hanya membayar tiket TransJakarta. Sayang, saya lupa tanya bagaimana kalau kita menggunakan kartu lansia. Yang saya tahu pengguna kartu TJ Card, gratis naik TransJakarta.

Bila naik LRT dan TJ penumpang dapat voucher yang bisa ditukarkan di loket (Dokpri)
Bila naik LRT dan TJ penumpang dapat voucher yang bisa ditukarkan di loket (Dokpri)

Dobel

Ada pengalaman ketika menaiki TransJakarta dari halte Taman Suropati. Untuk pulang, saya punya dua pilihan, yakni rute Bundaran Senayan-TU Gas atau Grogol-TU Gas. Nanti saya berhenti di halte Pemuda Rawamangun untuk selanjutnya sambung LRT dari stasiun Velodrome.

Nah, ketika membayar TransJakarta, ternyata kartu JakLingko tidak berlaku. Terpaksa saya membayar dengan uang kontan. Begitu di stasiun Velodrome, kartu JakLingko saya tap sambil diberikan kartu voucher Rp2.000. Sayang saya tidak perhatikan berapa saldo kartu saya ketika itu. Di pintu keluar stasiun tujuan Bulevar Selatan, saya menukarkan voucher itu dengan uang kontan Rp2.000. Sambil berjalan saya berpikir, apakah saya membayar dua kali, yang berarti Rp7.000. Sekali dengan uang kontan Rp3.500 dan sekali pemotongan kartu JakLingko. Yang jelas, saldo di kartu JakLingko saya tinggal sedikit, padahal belum lama saya isi Rp50.000. Ruginya lagi, ketika mengisi saldo, saya kena biaya Rp1.500.

Yah, inilah model uang elektronik. Kita diibaratkan menabung tanpa bunga. Bayangannya begini, kalau kita isi saldo sebesar 500.000 dan selama beberapa bulan tidak dipakai, kita tidak mendapatkan bunga seperti halnya di bank. Bahkan kalau kita isi di halte TJ atau swalayan kita kena biaya. Boleh dibilang bank yang hutang ke masyarakat, kok masyarakat yang menanggung. Harusnya tidak ada biaya karena bank sudah diuntungkan.

Entahlah sampai kapan naik LRT masih gratis. Yang jelas, masyarakat diuntungkan. Semoga transportasi publik menjadi pilihan. Oh ya jangan lupa, saldo minimal pada kartu Rp5.500.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun