Azarel asyik menyimak. Ia selalu mencatat. Saat ini Azarel berumur 13 tahun. Ia pelajar homeschooling. Kalau dibandingkan dengan SMP, ia duduk di kelas 8.Â
Azarel menjadi peserta termuda dalam lokakarya kepenulisan populer, hasil gotong royong Museum Kebangkitan Nasional dengan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Acara lokakarya diadakan di Museum Kebangkitan Nasional pada Sabtu, 20 Juli 2019.
Azarel datang dari Bekasi ditemani ibunya. Ternyata ia senang menulis, terutama fiksi. Hasil olah pikirnya itu, ia tuangkan dalam blog pribadinya. "Dia daftar sendiri. Pokoknya kalau ada kegiatan menulis dia daftar," kata ibunya.Â
Pendaftaran memang dilakukan lewat google form, yah cara kekinian. Selain Azarel, lokakarya kepenulisan juga diikuti oleh bloger-bloger muda. Ada 12 bloger yang ikut. Saya rasa cukup efektif untuk memberi pengarahan kepada mereka.
Sejak beberapa tahun lalu memang minat terhadap media daring semakin tinggi. Generasi milenial hampir tidak pernah lagi membaca media cetak. Hal itulah yang menyebabkan media cetak mati dan kini dalam kondisi sekarat. Kini memperoleh berita semakin cepat, apalagi muncul ponsel pintar. Tinggal klik kapan pun dan di mana pun.
Kalau kita lihat media-media internet, terlihat minat menulis generasi milenial sangat tinggi. Mereka hampir selalu menuliskan curahan hatinya lewat blog, yang bisa dibuat secara gratis. Minat dan kemampuan mereka sudah ada, kini tinggal memoles mereka untuk menulis museum secara terarah.
Saya dan Mbak Lia Nathalia berkenan berbagi kiat-kiat menulis. Boleh dibilang saya jurnalis zaman old, sementara mbak Lia jurnalis zaman now. Mereka antusias mendengarkan dan bertanya.
Melalui lokakarya ini diharapkan mereka bisa menjadi volunter untuk mengisi website atau laman milik Museum Kebangkitan Nasional atau museum-museum lain. Bersama kegiatan-kegiatan lain, seperti lokakarya kepemanduan museum dan lokakarya komik, diharapkan nanti akan terbentuk Sobat Muskitnas.
Lokakarya kepenulisan boleh dibilang murah meriah. Mereka hanya diminta membayar tiket masuk museum sebesar Rp2.000. Para peserta mendapat sebuah buku terbitan Museum Kebangkitan Nasional. Bahkan mendapat kudapan ringan berupa lontong, kroket, dan gorengan beserta air minum secara gratis. Yah lumayan untuk mengganjal perut.
Kegiatan lokakarya berupa pemaparan materi. Dilanjutkan dengan kunjungan ke ruang koleksi bersama Mas Dhanu yang menjadi pemandu. Mas Dhanu menceritakan gedung, ruangan, dan koleksi yang ada di Museum Kebangkitan Nasional. Semua peserta terlihat serius. Mereka mencatat, bahkan ada yang bertanya.
Rencananya lokakarya kepenulisan akan berlangsung selama beberapa kali karena diminati masyarakat. Semoga kegiatan positif ini bisa menjaring masyarakat untuk berkunjung ke museum. Sosok Kartini lebih dikenal daripada pahlawan nasional wanita lain karena ia menulis. Begitu pula Presiden Sukarno. Jadi, menulislah sebelum menulis itu dilarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H