Begitu di-posting di media sosial, dalam satu jam saja, lebih dari 100 orang mendaftar. Padahal, demi keefektifan kegiatan, hanya akan diterima 25 peserta. Setelah pendaftaran ditutup, terpilihlah 35 peserta. Yah, dengan pertimbangan ada peserta yang membatalkan hadir. Ternyata pada pelaksanaan kegiatan, hadir 33 peserta.
Begitulah kegiatan Lokakarya Pemandu Museum untuk masyarakat umum, Jumat, 28 Juni 2019. Kegiatan itu diselenggarakan di Museum Kebangkitan Nasional, hasil kerja gotong royong Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI), Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI), tentunya dengan Museum Kebangkitan Nasional.
Para peserta umumnya pemandu umum, pramuka, guru, pelajar, dan mahasiswa. Hanya beberapa orang staf museum. Mereka berdatangan dari Jabodetabek. Yang terjauh dari Serang.
Kepala Museum Kebangkitan Nasional Pak Mardi Thesianto mengharapkan kegiatan ini bisa menghasilkan pemandu museum yang berkualitas. Mereka nantinya bisa menjadi voluntir dalam kegiatan-kegiatan museum.
Materi lokakarya diberikan oleh Pak Alex dan Mas Dhanu, paduan antara generasi tua dan generasi muda. Menurut Pak Alex, pemandu museum adalah kepemanduan yang bersifat khusus atau sering disebut juga local guide. Soalnya, kata Pak Alex, informasi yang disampaikan hanya berkaitan dengan sejarah gedung dan koleksi museum.
Menurut Pak Alex ada lima hal penting untuk standarisasi kepemanduan museum, yakni teknik memandu, etika memandu, trik memandu, materi museum, dan peraturan museum. Dalam teknik memandu, hal-hal yang harus diperhatikan adalah pembukaan dan salam, memperkenalkan diri, dan cerita sejarah. Dalam touring di ruangan museum, kata Pak Alex, harus diperhatikan waktu kunjungan dan tingkatan pengunjung, misalnya murid SD, mahasiswa, wisatawan asing, ataukah tamu resmi.
Kiat lain, jarak pengunjung dan pemandu tidak boleh jauh. Selain itu pemandu harus melakukan 5 T, yakni tegas, terampil, teliti, tanggap, dan tangkas. Dalam penutupan, pemandu harus memberikan kesempatan pengunjung untuk bertanya.
Dalam etika pemandu museum, menurut Pak Alex, pemandu harus rapi dalam berpakaian, sopan dalam tingkah laku, dan sopan santun dalam berbicara. Untuk trik memandu, Pak Alex mengatakan pemandu harus mengetahui asal pengunjung, gaya pengunjung, kemauan pengunjung, dan tujuan pengunjung.
Untuk materi museum, biasanya pihak museum mengeluarkan materi lengkap tentang museum masing-masing. "Nah, seorang pemandu tinggal mempelajari agar mengerti dan memahami informasi tersebut sehingga bisa menjelaskan kepada pengunjung dengan baik dan benar," kata Pak Alex.
Hal lain yang kecil-kecil juga diungkapkan Pak Alex, misalnya ketika memandu, tangan jangan dimasukkan ke dalam kantong dan jangan menunjuk dengan tangan kiri. Yang penting, kalau pengunjung bertanya jangan bilang tidak tahu. "Usahakan dengan kalimat menurut yang saya tahu atau yang saya baca, bla bla bla," kata Pak Alex.
Praktik lapangan diberikan oleh Mas Dhanu. Para peserta diajak ke beberapa ruangan di Museum Kebangkitan Nasional. Sambil berjalan Mas Dhanu mengatakan, seorang pemandu harus berjalan menghadap pengunjung, kalau memakai pengeras suara jangan diarahkan ke pengunjung tapi ke bawah atau belakang.Â
Katanya, kalau pengunjung kurang fokus, harus ada trik. Misalnya pemandu berteriak "Halo halo" dijawab serempak dengan kata tertentu oleh rombongan.
Di sebuah ruangan, para peserta ditantang berani maju untuk berpraktik sebagai pemandu. Ada lima orang yang "berani malu", hehehe...Mereka staf museum, pramuka, guru, mahasiswa, dan umum. Dalam penutupan acara, kelima peserta ini mendapat cenderamata dari Museum Kebangkitan Nasional.
Direncanakan minggu depan masih berlangsung acara serupa dengan peserta yang belum terpilih tapi sudah mendaftar pada tahap pertama. Semoga kegiatan ini akan memberi warna pada kemajuan museum.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H