Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Museum dan Pengunjung: Harus Interaktif-Partisipatif

19 Mei 2019   09:55 Diperbarui: 19 Mei 2019   09:56 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Max Meijer/kiri dan Pak Piter/kanan (Dokpri)

Sampai saat ini museum masih merupakan sumber pengetahuan dan informasi yang resmi. Namun, menurut Meijer, museum dapat mengambil manfaat dari pengetahuan dan pengalaman para pengunjung dan masyarakat sekitar. Hal ini akan semakin menambah keterlibatan dan rasa saling memiliki. Jadi museum dan masyarakat memiliki relevansi yang kuat yang dapat berkontribusi terhadap pengembangan dan penguatan berdasarkan kepentingan bersama.

Meijer mencontohkan tadinya ada museum yang hanya memajang koleksi tapi informasinya masih sedikit. Nah, karena pengunjung tahu dan paham akan koleksi-koleksi tersebut, maka lambat laun informasi koleksi semakin bertambah.

Dokpri
Dokpri

Kedaerahan

Dalam bagian akhir Meijer berbicara soal model museum sebagai hub kebudayaan bagi Indonesia. Katanya, berangkat dari perspektif Eropa, hal ini tepat. "Ide sebagai hub sangat tepat bagi tradisi kebudayaan dan museum, mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dengan identitas nasional  dan kedaerahan yang kuat," jelas Meijer.

Tantangan dan pembentukan hub harus direfleksikan oleh museum itu sendiri. Kemudian dapat dijabarkan dalam organisasi museum tersebut di level yang berbeda, seperti visi misi, tata kelola organisasi, jaringan, keterampilan karyawan, dan inklusif. Demikian tutup Meijer.

Temu Mugalemon dibuka dengan kata pengantar oleh Kepala Museum Santa Maria Sr. Lucya. Setelah itu sambutan oleh Ketua Paramita Jaya, Bapak Yiyok T. Herlambang. Acara diakhiri dengan kunjungan ke Museum Santa Maria.

Museum Santa Maria terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 29. Dari halte Transjakarta Harmoni atau Pecenongan cukup berjalan kaki. Jaraknya sekitar 300 meter.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun