Siapa bilang dokter cuma ada di rumah sakit. Museum pun punya dokter loh. Namanya konservator. Konservator bekerja di balik layar. Gedung, benda, dan patung yang dibuat pada masa lampau, masih bisa disaksikan sampai sekarang berkat keterampilan "Dokter Museum" itu. Memang tugas konservator harus mampu memulihkan, membersihkan, dan menjaga koleksi-koleksi benda cagar budaya yang sudah mulai rapuh/lapuk atau korosi. Pengetahuan itu disebut konservasi.
Di Jakarta boleh dibilang sedikit instansi yang mampu menangani konservasi cagar budaya. Salah satunya adalah Pusat Konservasi Cagar Budaya (PKCB) yang berada di lingkungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Pada 24-26 April 2019, PKCB menyelenggarakan workshop konservasi lukisan, wastra, dan kertas untuk pengelola museum dan komunitas.Â
Mengakhiri rangkaian kegiatan itu, Kamis, 2 Mei 2019 PKCB menyelenggarakan workshop konservasi logam. Pagi hari diisi pemaparan materi oleh Pak Waluyo Agus S. dan Pak Hubertus Sadirin. Â Setelah makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan praktek membersihkan benda-benda logam. PKCB memang memiliki laboratorium. Kini peralatan dan perlengkapan yang ada di sana semakin banyak. Maklum PKCB menangani koleksi beberapa museum yang berada di bawah Disparbud DKI Jakarta.
Menurut Pak Agus, logam memiliki beberapa sifat khas, yakni liat, mengkilap, penghantar listrik, dapat dilebur, dapat dibuat paduan, dan dapat mengalami korosi. Kata Pak Agus lagi, logam dapat dikelompokkan menjadi empat, yakni logam berbahan besi, logam berbahan tembaga, logam berbahan timah/timbal, dan logam mulia.
Beberapa faktor dapat mempercepat korosi. Faktor-faktor itu, menurut Pak Agus, adalah air, kelembaban, elektrolit, oksigen, suhu, polusi udara, permukaan logam yang tidak rata, dan letak logam dalam potensial reduksi.
Pak Sadirin dalam uraian berikutnya mengemukakan tujuan konservasi adalah menjaga kualitas fisik dan nilai, melindungi substansi materinya, dan mempertahankannya untuk generasi mendatang. Namun menurut Pak Sadirin, konservasi tidak bersifat menghentikan total proses degradasi bahan tetapi hanya bersifat mengendalikan dan memperpanjang usia benda.
Perlu diketahui, bahan dasar benda cagar budaya ada dua, yakni bahan organik, contohnya kayu, kanvas, tekstil, dan tulang. Selain itu ada bahan anorganik, antara lain perunggu, kuningan, emas, perak, keramik, dan batu. Siang itu para peserta melakukan latihan cara menangani benda-benda logam yang berkarat atau kotor.
Para peserta terbagi menjadi lima kelompok. Tiap kelompok diisi sekitar delapan peserta. Pada setiap meja sudah tersedia koin, sendok, garpu, pedang, dan benda logam lain. Benda-benda itulah yang digunakan sebagai latihan.
Langkah pertama, peserta harus mengisi formulir yang memuat info tentang kondisi koleksi, masalah yang dihadapi, dan upaya menanggulangi koleksi itu. Setelah itu para peserta melakukan pembersihan kering dengan kuas. Selanjutnya melakukan pembersihan basah. Nah, ini tergantung bahan-bahan yang tersedia. Kita bisa menggunakan cara tradisional, biasanya dengan bahan-bahan alami seperti jeruk nipis. Cara modern menggunakan asam sitrat.