Suasana meriah terjadi di Museum Nasional yang populer disebut Museum Gajah. Di halaman gedung, parkir beberapa bus yang membawa rombongan. Di bagian dalam lain lagi suasananya. Ruangan lobi kaca dipenuhi banyak tamu.Â
Mereka ingin menyaksikan upacara penutupan Pekan Hari Pendidikan Nasional 2019 sekaligus puncak kegiatan menyambut ulang tahun Museum Nasional. Usia Museum Nasional sudah 241 tahun, tepatnya pada 24 April lalu. Pendiriannya didasarkan pada lahirnya Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum van het BGKW) pada 1868. Sebelumnya pada 1778 lahir BGKW yang merupakan organisasi ilmu pengetahuan terbesar di dunia ketika itu.
Puncak kemeriahan diisi berbagai atraksi dan hiburan. Ada Tari Ondel-ondel dan atraksi pencak silat. Ada juga permainan musik tradisional Jepang oleh tiga wanita berkimono.Â
Kepala Museum Nasional, Pak Siswanto, ikut berpartisipasi dalam dolanan di atas panggung. Demikian juga Pak Yiyok, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Jakarta Raya yang disebut Paramita Jaya.Â
Pada akhir acara, panitia membagikan angklung kepada tamu-tamu undangan yang duduk pada tiga baris pertama. Secara bersama-sama, mereka menggoyangkan angklung sebagai tanda kemeriahan penutupan rangkaian acara.
Rangkaian acara ultah Museum Nasional diawali pada 23 April berupa diskusi buku. Lihat informasinya pada tautan berikut ini. Selanjutnya ada lomba mewarnai, pentas dongeng, pameran dan workshop permainan tradisional, Museum Nasional Peduli, dan gerak jalan santai.
Pada puncak ultah Museum Nasional sekaligus Pekan Hari Pendidikan Nasional diserahkan hadiah untuk para juara mewarnai, yang umumnya anak-anak tingkat Taman Kanak-kanak. Selain itu diserahkan juga hadiah untuk para juara lomba melukis yang diadakan di Museum Kebangkitan Nasional, 23 April lalu.
Di hari terakhir diadakan workshop pembuatan mainan tradisional dan gelar dolanan Nusantara. Beberapa mainan dan permainan tradisional yang ditampilkan antara lain berupa congklak, egrang, dan bakiak. Dari karet, anak-anak diajarkan membuat mobil-mobilan. Bambu merupakan bahan utama.
Sebelumnya pada 24 April memang dibuka pameran permainan tradisional. Mungkin sekarang permainan ini hampir hilang karena perkembangan zaman atau teknologi, antara lain karena masuknya mainan elektronik. Selain itu bahan-bahan baku pembuatan (per)mainan tradisional hampir sulit diperoleh.
Karakteristik permainan tradisional tergolong sederhana loh. Soalnya cenderung memakai atau memanfaatkan alat atau bahan di lingkungan kita. Kita tidak perlu membelinya. Untuk mengasah keterampilan, kita bisa membuat sendiri.
Pameran permainan tradisional diselenggarakan di Gedung B. Terpajang beberapa jenis dan bentuk gasing, termasuk gasing yang mengeluarkan bunyi. Ada kelereng dan wayang kertas. Di pojok lain ada bunyi-bunyian dari kaleng bekas yang pada bagian tepinya diikat dua batang bambu kecil. Pelengkapnya adalah karet dan koin atau tutup botol yang bolong di tengahnya. Bila batang kecil jatuh, maka akan berbunyi nyaring. Mainan ini sering menjadi alat pengamanan di rumah.
Memang, perlu upaya pelestarian terhadap permainan tradisional. Kalau tidak, generasi sekarang hanya melihat dari dokumentasi saja. Perlu ada tempat-tempat khusus atau ajang-ajang khusus untuk memperkenalkannya kepada generasi sekarang. Itu tugas berat.
Jangan lupa, dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, pada 2 Mei dan 3 Mei gratis masuk Museum Nasional. Manfaatkan kesempatan untuk melihat sambil mengagumi benda-benda budaya tinggalan nenek moyang kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H