"...Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku"
Demikianlah petikan puisi berjudul "Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang" karya W.S. Rendra.Â
Ada yang bersuara datar. Ada yang melengking. Bahkan ada yang bergerak ke kanan dan ke kiri, sambil memindah-mindahkan kertas yang digenggam.Â
Berbagai gaya diperlihatkan oleh siswa-siswi tingkat SMTP se-Jabodetabek dalam lomba puisi perjuangan yang diselenggarakan oleh Museum Sumpah Pemuda pada Kamis, 25 April 2019.Â
Pada lomba baca puisi itu, setiap peserta menampilkan karya Rendra sebagai puisi wajib dan satu puisi pilihan karya Subagio Sastrowardojo atau Toto Sudarto Bachtiar sebagai pilihan. Lomba baca puisi perjuangan diikuti 54 peserta. Kegiatan itu dibuka oleh Kepala Museum Sumpah Pemuda Ibu Huriyati.
Satu per satu peserta dipanggil ke panggung oleh pembawa acara. Pemanggilan berdasarkan nomor urut pendaftaran. Sebelumnya tim juri menginformasikan syarat-syarat penilaian. Tim juri terdiri atas Ibu Lina dari Badan Bahasa, Pak Merwan dari IKJ, dan Pak Gunoto, seorang penulis. Penilaian meliputi penampilan, penafsiran, dan penghayatan. Hingga istirahat makan siang, baru 30 peserta dapat kesempatan tampil. Sisanya dilanjutkan setelah istirahat makan siang.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ibu Lina sebagai ketua tim juri membacakan enam pemenang, yakni dari harapan 3, harapan 2, harapan 1, juara 3, juara 2, dan juara 1. Setiap pemenang memperoleh hadiah piala dan uang pembinaan, dari Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H