Koleksi
Kamar Diponegoro pertama kali diidentifikasi oleh arsiparis Hindia-Belanda, Frederik de Haan (1863-1935). Haan dikenal dengan bukunya berjudul Oud Batavia.
Kamar Diponegoro luasnya 120 meter persegi. Namun, kata Carey, memiliki dampak visual dan emosional bagi pengunjung. Di ruang ini terdapat beberapa lukisan tentang Diponegoro. Ada juga sejumlah salinan artefak berkualitas tinggi yang digunakan oleh Diponegoro atau diproduksi oleh atau untuknya selama penahanan singkatnya.
Koleksi maskot berupa sketsa pensil Diponegoro yang digambar oleh walinya selama di Batavia, Adrianus Johannes (Jan) Bik dan potret Bik. Koleksi lain surat pribadi Diponegoro untuk ibu dan putra sulungnya. Meja kerja dan sangkar burung ikut mewarnai koleksi.
Dibandingkan sewaktu pra pembukaan November 2018 lalu, kini ada tambahan koleksi baru pada pameran tetap ini berupa replika tongkat ziarah, replika tombak, dan batik tulis tentang Perang Jawa. Banyak pihak berharap Kamar Diponegoro menjadi maskot museum, sebagai daya tarik pengunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H