November 2018 lalu Museum Sejarah Jakarta mulai membuka pra pameran tetap sebuah ruangan yang disebut Kamar Diponegoro. Pangeran Diponegoro, demikian yang kita kenal dalam buku-buku sejarah, memiliki kisah heroik yang menjadi hulu kemerdekaan Indonesia 1945.Â
Perang Diponegoro atau Perang Jawa terjadi pada 1825-1830. Perang inilah yang menguras keuangan pemerintah kolonial Belanda. Kisah awal Kamar Diponegoro saya pernah tulis di sini.
Senin, 1 April 2019 Kamar Diponegoro dibuka secara resmi sebagai pameran tetap. Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan membuka pameran tetap itu dengan membunyikan sirene.Â
Turut hadir Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Bapak Edy Junaedi, Kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta Ibu Sri Kusumawati, keluarga Pangeran Diponegoro, undangan, dan media.
Belanda
Beberapa artefak yang memiliki hubungan dengan Pangeran Diponegoro pernah dibawa ke Belanda. Namun dengan usaha berbagai pihak, sejumlah artefak dikembalikan ke Indonesia. "Saya pernah menerimanya pada 2015. Sekarang koleksi-koleksi itu disimpan di Museum Nasional," kata Pak Anies.
Museum tidak hanya berhubungan dengan masa lalu. Namun harus memberi inspirasi untuk masa depan. Demikian kata Pak Anies yang sekaligus meresmikan pameran tetap Kamar Diponegoro dan pameran temporer "Jakarta Kota Kosmopolitan".Â
Momen pembukaan pameran dihubungkan dengan peringatan 400 tahun pendirian Batavia dan ulang tahun Museum Sejarah Jakarta ke-45. Museum ini diresmikan pada 30 Maret 1974 oleh Gubernur Ali Sadikin.Â
Sebelumnya pernah digunakan sebagai Stadhuis (Balai Kota) dan kantor militer. Saya ingat pada masa-masa awal peresmian, terminal Jakarta Kota berada di depan museum. Banyak bus Robur dan oplet di tempat itu.