Pada 2009 tim peneliti lukisan dari Museum Basoeki Abdullah, Jakarta, mendatangi sebuah hotel di wilayah Sukabumi. Di kamar hotel itu terdapat mitos tentang Nyai Roro Kidul. Tidak sembarang orang boleh masuk ke sana secara bebas. Mereka yang akan masuk diharuskan antre dan membayar tarif per jam.
Tim peneliti ikut antre. Di dalam kamar memang terkesan sakral. Banyak bunga bertebaran di lantai, pertanda banyak orang pernah datang ke sini. Ada juga bau dupa. Dekorasi didominasi warna hijau. Di dekatnya ada sebuah lukisan Nyai Roro Kidul. Pengunjung dilarang bersuara di dalam. Sepintas lukisan tersebut karya maestro Basoeki Abdullah. Namun begitu tirai disibak, ternyata ada tulisan "Herman". Setelah bertanya kepada manajer hotel, diketahui ia seorang pelukis lokal dari Sukabumi.
Tim pun penasaran dengan lukisan Nyai Roro Kidul. Oleh pihak hotel, tim peneliti dibawa ke atas. Setelah diamati, koleksi tersebut bukan lukisan asli. Namun foto dari lukisan. Tentu saja tim kecewa.
Entah sekarang, apakah kamar hotel tersebut masih dikeramatkan atau tidak. Begitulah cerita dari mulut ke mulut tentang mitos Nyai Roro Kidul. Banyak orang begitu percaya. Banyak orang begitu terkesima. Ada saja pihak yang diuntungkan.
Ada lagi cerita lain tentang mitos Nyai Roro Kidul. Konon, ketika sedang mandi-mandi di sebuah pantai di Yogyakarta, Ibu Watie hampir kena musibah. Soalnya waktu itu ia mengenakan pakaian berwarna hijau. Uniknya, cerita berpakaian hijau yang dikenakan para tentara ketika latihan di laut, tak menimbulkan masalah. Boleh dibilang mereka enjoy-enjoy saja.
Hubungan warna hijau dengan Nyai Roro Kidul muncul dari seminar bertajuk "Basoeki Abdullah dan Lukisan Mitosnya" di Museum Basoeki Abdullah, Kamis, 7 Februari 2019. Narasumber dalam diskusi terdiri atas Prof. Agus Aris Munandar dan Watie Moerany dengan moderator Imam Muhtarom.
Basoeki Abdullah menjadi sahabat Sukarno, Presiden pertama RI. Lukisan-lukisan Basoeki Abdullah terdapat di beberapa istana kepresidenan, kolektor mancanegara, kolektor dalam negeri, museum, dan tempat-tempat lain. Saat ini lukisan-lukisan Basoeki Abdullah berharga mahal.
Menurut penelitian Prof. Agus Aris Munandar, lukisan Basoeki Abdullah paling kurang mengandung delapan tema, yakni dongeng, legenda, dan mitos; tokoh; pemandangan alam; perjuangan; potret dan model; dunia hewan dan tumbuhan; keagamaan dan spiritual; dan kemanusiaan dan sosial.
Soal mitos lukisan Basoeki Abdullah, menurut Pak Agus, telah menjadi mitos baru. Dalam arti telah menjadi barang buruan yang sangat berharga, berharga milyaran, sangat diidolakan, dan akhirnya lukisan itu hanya disimpan di ruang-ruang keluarga yang terbatas sehingga seakan menjadi ikon sakral.
"Dapat dipahami pula bahwa mengapa lukisan 'Kanjeng Ratu Kidul' tergolong mitos yang banyak dikenal masyarakat luas, banyak dipalsukan, karena masyarakat banyak yang mengaguminya, karena lukisan itu telah menjadi mitos nyata, yang mengacu kepada mitos pertamanya berupa legenda penguasa laut yang cantik namun juga disegani," cerita Pak Agus.
Nah, ada yang menarik dari diskusi, yakni bagaimana Presiden Sukarno membayar lukisan-lukisan tersebut? Kemungkinan membayar secara cicilan tentu ada. Maklum ketika itu penghasilan seorang presiden cukup kecil. Disumbang oleh Basoeki Abdullah juga bisa benar. Apalagi keduanya, Presiden Sukarno dan Basoeki Abdullah, bersahabat akrab. Sayang belum ada dokumentasi tentang proses transaksi lukisan.
Diskusi dibuka dengan laporan kegiatan oleh Kepala Museum Basoeki Abdullah, Ibu Maeva Salmah. Pada tahun ini juga, kata Ibu Maeva, Museum Basoeki Abdullah akan menyelenggarakan ajang tiga tahunan Basoeki Art Award. Secara resmi Ibu Dedah R. Sri Handari, Kepala Subdirektorat Permuseuman, Kemdikbud, membuka kegiatan diskusi. Hadir dalam kegiatan itu pemerhati budaya Bapak Nunus Supardi, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Jakarta "Paramita Jaya", Bapak Yiyok T. Herlambang, komunitas, pekerja seni, guru, pelajar/mahasiswa, dan masyarakat umum.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI