Hari ini, Rabu, 6 Februari 2019, Museum Sumpah Pemuda kembali bikin acara. Sesuai namanya, pemuda, kali ini bertajuk Diskusi "Penanaman Karakter Generasi Milenial". Kegiatan itu diikuti sekitar 80 siswa SMTA dari wilayah Jabodetabek. Mereka semua berpakaian pramuka, termasuk guru pembimbing yang turut hadir.
Kegiatan diskusi dibuka oleh Kepala Museum Sumpah Pemuda, Ibu Huriyati. Ibu Huriyati mengharapkan para generasi muda ini memetik manfaat dari acara diskusi. Beberapa undangan tampak hadir, antara lain Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Bapak Mardi Thesianto; Kepala Museum Basoeki Abdullah, Ibu Maeva Salmah; dan Ketua Asosiasi Museum Indonesia Jakarta Raya (Paramita Jaya), Bapak Yiyok T. Herlambang.
Acara diskusi dipandu motivator bidang SDM Bapak Warsino dan Bapak Giri Susilo. Pertama, Pak Giri membagi kelompok siswa-siswi dari sekolah yang berbeda. Dari sini terbentuk sembilan kelompok. Mereka harus saling berkenalan. Selanjutnya Pak Giri bertanya siapa yang pernah mengunjungi Museum Sumpah Pemuda. Ternyata hanya sepuluh siswa yang mengacungkan jari. Memang menyedihkan ketika para siswa jarang mengunjungi museum.
Kali ini berganti Pak Warsino yang bertanya, apa manfaat museum. Ada yang menjawab untuk mengenal masa lalu. Ada yang bilang untuk mengenal benda-benda budaya. Bermacam jawaban terlontar dari kepolosan para siswa. Menurut Pak Warsino, museum merupakan tempat yang bermanfaat karena isinya penuh kejujuran. Jadi para siswa harus belajar dari museum.
Karena umumnya para siswa belum pernah ke museum ini, maka mereka diberikan kesempatan selama 15 menit untuk melihat-lihat koleksi museum. Tentu saja per kelompok. Kunjungan dipandu Mas Bekti dari Museum Sumpah Pemuda.
Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106 selalu dihubungkan dengan Kongres Pemuda. Yang dikenal adalah Kongres Pemuda 2 pada 1928. Berbagai koleksi dan informasi mengenai kongres tersebut, termasuk tokoh-tokohnya, tersaji dalam museum.
Koleksi maskot adalah W.R. Supratman dengan biolanya. Beliau dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya. Berbagai informasi tentang lagu Indonesia Raya terpampang di dinding, dalam bentuk diorama dan dalam panel informasi.
Setelah pengenalan lapangan, mereka melakukan tugas kelompok dengan topik mimpi pada 2045. Pak Warsino memberikan waktu sekitar lima menit untuk berbicara di depan kepada masing-masing kelompok. Sesuai namanya milenial, umumnya mimpi-mimpi mereka tentang pekerjaan yang membutuhkan teknologi. Misalnya memasang tenda di pegunungan dengan teknologi sinar matahari untuk menghasilkan sinyal internet, memanfaatkan teknologi drone untuk membawa barang, memperbanyak lahan agar Indonesia bisa swasembada bahan pangan, dan lain-lain.