Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baru Pertama Kali, Kursus Ilmu Permuseuman Gratis

21 Januari 2019   18:02 Diperbarui: 21 Januari 2019   18:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan Kursus Ilmu Permuseuman Gratis di Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Dokpri)

Baru pertama kali Yayasan Belantara Budaya menyelenggarakan kursus Ilmu Permuseuman secara gratis buat para staf museum di sekitar Jabodetabek. Pada gelombang pertama ini, panitia memilih 20 staf museum dari puluhan pendaftar. Kebanyakan berasal dari Jakarta. Beberapa peserta berasal dari Museum Kepresidenan Balai Kirti Bogor dan Museum Multatuli Rangkasbitung. Selebihnya dari Museum Sumpah Pemuda, Museum Kebangkitan Nasional, Museum Basoeki Abdullah, Museum DPR, Museum Kedokteran UI, Museum Bahari, dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Kursus Ilmu Permuseuman diselenggarakan setiap Senin di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Dimulai pada 21 Januari 2019 dan akan berakhir pada 18 Maret 2019. Setiap Senin ada dua kegiatan, yakni pukul 10-12 dan pukul 13-15. Setiap kegiatan diberikan oleh para relawan museum yang pernah dan masih berkiprah di bidang birokrasi, praktisi, dan pemerhati.

Sambutan oleh penanggung jawab kegiatan Bapak Tjahjopurnomo (Dokpri)
Sambutan oleh penanggung jawab kegiatan Bapak Tjahjopurnomo (Dokpri)
Tambahan pengetahuan

Kegiatan dibuka dengan ucapan selamat datang oleh Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Bapak Agus Nugroho. Beliau berharap para peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan untuk kemajuan museum masing-masing.

Penanggung jawab kegiatan, Bapak Tjahjopurnomo juga berharap serupa. Dalam kursus ini, menurut Pak Tjahjo, peserta akan dibekali berbagai materi, antara lain kuliah umum, manajemen museum, siaga bencana, pemahaman koleksi, administrasi koleksi, kajian sumber sejarah, konservasi koleksi, penyajian koleksi, museum dan pendidikan, kajian pengunjung museum, museum dan program publik, museum dan publikasi, filsafat museologi, observasi dan permasalahan museum, dan diskusi permasalahan museum.

Pemberian sertifikat oleh Ibu Diah/kiri kepada Ibu Intan/kanan (Dokpri)
Pemberian sertifikat oleh Ibu Diah/kiri kepada Ibu Intan/kanan (Dokpri)
Kebudayaan dan pendidikan

Yayasan Belantara Budaya didirikan pada 2013 oleh Diah Kusumawardhani Wijayanti bertepatan dengan rampungnya beliau dari pendidikan S-2 Museologi di UI. Yayasan tersebut bergerak di bidang kebudayaan dan pendidikan.

Pada awalnya, sebagai apresiasi kepada Ibu Intan Mardiana dan Bapak Tjahjopurnomo, Ibu Diah menyelenggarakan belajar tari secara gratis untuk warga masyarakat. Pertama kali program tari berlangsung di Museum Kebangkitan Nasional. Karena peminat semakin banyak, kegiatan serupa merambah Museum Nasional. Kini kegiatan tari gratis sudah diselenggarakan di beberapa museum, di antaranya Bogor. Banyak penari sudah pentas pada kegiatan-kegiatan museum dan kegiatan kebudayaan lain.

Yayasan Belantara Budaya didukung sejumlah donatur. Jadi dalam banyak kegiatan, museum tidak mengeluarkan dana. Museum hanya menyediakan tempat. Sejak lama memang museum, terutama milik pemerintah, berfungsi sebagai ruang publik. Siapa saja boleh mengadakan kegiatan di dalam museum, tentu yang berhubungan dengan tema setiap museum. Semoga kalangan swasta yang peduli museum semakin banyak.

Sebenarnya banyak komunitas peduli museum tumbuh di Jakarta. Namun mereka sering terbentur dana kegiatan karena belum memiliki badan hukum. Kalaupun ada yang berbadan hukum, biasanya berbentuk Perkumpulan. Jarang sekali ada komunitas berbentuk Yayasan atau Perusahaan karena memerlukan dana operasional cukup besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun