Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Museum Maritim Indonesia di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok

7 Desember 2018   21:58 Diperbarui: 9 Desember 2018   16:52 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Museum Maritim Indonesia (Dokpri)

Satu museum lagi hadir di Jakarta, tepatnya di kawasan pelabuhan Tanjung Priok. Namanya Museum Maritim Indonesia. "Oh yang pernah terbakar yah?" tanya beberapa orang. Jelas berbeda karena yang pernah terbakar adalah Museum Bahari.

Soft launching Museum Maritim Indonesia dilakukan Jumat sore, 7 Desember 2018. Direktur Utama PT Pelindo Elvyn G. Masassya mengatakan, pendirian Museum Maritim Indonesia dalam rangka memberikan kesempatan kepada generasi di Indonesia mengetahui sejarah maritim Indonesia.

Denah pelabuhan Tanjung Priok (Dokpri)
Denah pelabuhan Tanjung Priok (Dokpri)
Tanjung Priok

Titik balik transportasi laut adalah pembukaan Terusan Suez pada 1869, yang mengurangi jarak berlayar antara Eropa dan Asia. Pada 1871 Stoomvaart Maatschappij "Nederland" yang selanjutnya dikenal dengan nama Kapal Nederland memulai layanan reguler antara Amsterdam dan Batavia melalui Terusan Suez. Sayang waktu antre di pelabuhan amat lama.  Itulah yang menjadi pemikiran penguasa kolonial untuk membuat pelabuhan yang lebih bagus.

Pembangunan pelabuhan menjadi pekerjaan pionir. Namun kemudian terjadi kemunduran setelah meletusnya Gunung Krakatau pada 1883. Ketika itu tambang batu untuk membuat dermaga di Merak hancur. Para pekerja pun menjadi korban tsunami.

Keberhasilan datang setelah pendirian Koninklijke Pakketvaart Maatschappij (KPM) pada 1888. KPM menghubungkan kota-kota pesisir besar dan kecil di setiap bagian kepulauan dengan beberapa pelabuhan besar sebagai persimpangan dengan pelayaran internasional. Saat ini pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia.

Ruang pamer Museum Maritim Indonesia (Foto: Bambang Eryudhawan)
Ruang pamer Museum Maritim Indonesia (Foto: Bambang Eryudhawan)
Bangunan bersejarah

Museum Maritim Indonesia memanfaatkan bangunan bersejarah yang dulunya menjadi kantor pengelola pelabuhan. Kantor itu dibangun pada awal abad ke-20 dengan gaya arsitektur "international style". Bangunan bergaya "international style" muncul pada 1920-an dan 1930-an.

Di museum ini terdapat berbagai koleksi peninggalan pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Foto-foto lama boleh dibilang terbanyak. Lalu perlengkapan pelabuhan. Miniatur perahu tradisional dan modern melengkapi museum ini.

Ada gambaran tentang peralatan pelabuhan dan diorama suasana pelabuhan. Peta jalur perdagangan dan keramik kuno---benda dagang yang sangat populer kala itu---ikut ditampilkan dalam museum.

Ruang pamer Museum Maritim Indonesia (Foto: Antara)
Ruang pamer Museum Maritim Indonesia (Foto: Antara)
Akses sulit

Meskipun baru berupa soft launching tapi Museum Maritim Indonesia sudah terbuka untuk umum. Jam bukanya pukul 09.00-16.00, kecuali Sabtu dan Minggu sampai pukul 17.00. Museum tutup setiap Senin dan hari libur nasional. Karcis masuknya gratis. Untuk sementara museum baru menerima rombongan dengan perjanjian. Dalam satu hari dua rombongan maksimum 25 orang. Pengunjung akan dijemput dengan shuttle bus di Terminal Penumpang atau stasiun kereta api Tanjung Priok. Setelah grand launching enam bulan mendatang, museum terbuka untuk individual.

Museum beralamat Jalan Pasoso No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nomor kontak yang dapat dihubungi 0821-2454-4412 atau pos elektronik info@maritimemuseum.id.

Yang masih menjadi kendala buat masyarakat, akses ke sana cukup sulit. Belum ada kendaraan umum yang beroperasi di sekitar pelabuhan. Ini harus menjadi pemikiran pengelola museum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun