Bahasa-bahasa lain juga disesuaikan dengan kondisi Nusantara, seperti Mbojo di Bima dan Lontarak di Bugis. Itulah aksara kita, beragam dan saling mempengaruhi. Jadi aksara mampu mempersatukan berbagai suku.
Acara yang dimulai pukul 10.00, berakhir pukul 14.00. Hingga akhir acara, para peserta tetap menyimak, belajar, dan bertanya. "Saya senang sejarah. Jadi saya selalu memantau media sosial KPBMI," kata seorang peserta. Beberapa peserta datang dari sekitar Jabodetabek, bahkan dari Karawang dan Bandung hanya untuk belajar menulis aksara Jawa Kuno.
Ada usulan kegiatan seperti ini berlangsung setiap bulan. Usul lain membicarakan prasasti per topik, misalnya tentang hukum, kuliner, dan pajak. Terus terang, tahun ini merupakan kegiatan rintisan. Tahun depan merupakan kegiatan pengembangan. Semoga ada perbaikan dan tetap diminati masyarakat awam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H