Kalau ditanya soal Pangeran Diponegoro, pasti kebanyakan masyarakat tahunya 1825-1830. Yah itulah saat terjadinya perang Diponegoro menurut buku-buku sejarah.
Namun, belum banyak orang tahu kalau Pangeran Diponegoro pernah dipenjara dalam salah satu ruangan di Museum Sejarah Jakarta yang disebut juga Museum Fatahillah di kawasan Kota Tua Jakarta. Museum Sejarah Jakarta menggunakan bangunan yang dulu disebut Stadhuis atau Balai Kota.
Ruangan itu disebut Kamar Diponegoro. Menurut hasil pelacakan Dr. Peter Carey, Diponegoro dipenjara pada 8 April hingga 3 Mei 1830.
Sebelum dipenjara, Diponegoro ditangkap di Magelang pada 28 Maret 1830. Ia dibawa dari Semarang ke Batavia. Selama dipenjara, Diponegoro ditemani keluarganya dan para pembantunya. Diponegoro bahkan sempat menulis surat. Dari Batavia, Diponegoro diasingkan ke Manado (1830-1833) dan Makassar (1833-1855). Di Makassar beliau wafat.
Sebelum dipakai oleh Diponegoro, kamar tersebut merupakan apartemen pribadi dari sipir Kota Batavia. Kamar Diponegoro tersebut kemudian dipoles di sana-sini, diisi dengan pernak-pernik yang berhubungan dengan Pangeran Diponegoro.
Peresmian kamar tersebut dalam bentuk soft opening, dilakukan pada Senin sore, 12 November 2018 oleh Kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta Sri Kusumawati. Hadir pada kesempatan itu keluarga Pangeran Diponegoro, media, dan undangan lain.
Kamar Diponegoro terletak di dekat penjara wanita. Pintu masuknya ada dekat kantin museum. Untuk menuju Kamar Diponegoro masih ada satu pintu lagi. Setelah itu kita harus menaiki tangga melingkar. Peter Carey sendiri, yang telah meneliti Pangeran Diponegoro, selama 30 tahun menjadi pemandu.
Di lantai dua, kita bisa melihat lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan itu dibuat oleh pelukis terkenal kita, Raden Saleh.
Di dinding selanjutnya terpajang peta perjalanan pengasingan Diponegoro, lengkap dengan informasi berbagai kota atau daerah. Informasi yang diperoleh Peter Carey boleh dibilang sangat detail.
Daftar tiga anggota keluarga dan belasan pengikut juga dipamerkan dalam bentuk arsip. Koleksi lain meja yang digunakan Pangeran Diponegoro selama di Stadhuis dan peta kampanye Perang Jawa.
Koleksi kekinian ikut ditampilkan, berupa uang kertas dan uang logam (koin) bergambar Diponegoro. Dibandingkan pahlawan nasional lain, wajah Diponegoro paling sering muncul dalam mata uang.
Ruangan ini masih tampak ada kekurangan. Boleh dibilang ruangan terbagi dua, yakni di bagian luar dan di bagian dalam. Ruang bagian dalam sudah berpendingin udara, sementara di bagian luar belum. Mungkin ruangan itu belum terbuka untuk umum dalam waktu dekat. Menurut rencana grand opening akan dilakukan pada Maret 2019. Â Â
Diponegoro memang merupakan nama yang fenomenal. Selain pada mata uang, namanya diabadikan sebagai nama jalan, nama perguruan tinggi, nama organisasi militer, dan lain-lain.
Semoga dengan tambahan obyek ini atau koleksi terbaru, masyarakat makin rajin mengunjungi museum. Murah, meriah, dan banyak pengetahuan ada di dalam museum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H