Museum dengan teknologi modern jelas mahal. Apalagi jika menggunakan teknologi tiga dimensi, video mapping, layar sentuh, fotografi, internet, dan sensor pendeteksi gerakan tubuh. Pasti butuh anggaran dalam bilangan M (ilyar).
Ironis, nasib miris masih dijumpai pada museum-museum milik pemerintah kabupaten atau pemerintah kota. Anggaran yang mereka terima untuk museum terbilang sangat kecil. Bayangkan ada museum yang cuma mendapat Rp 20 juta setahun. Cukup apa? Bagaimana mau mengejar ketinggalan dari museum-museum lain?
Yang jelas, jantungnya sebuah museum tetap koleksi beserta narasinya. Teknologi hanyalah pendukung, yang suatu saat bisa ketinggalan zaman dan rusak tanpa bisa diperbaiki. Untuk itu museum-museum 'tradisional' dengan biaya kecil tetap harus kreatif dan inovatif.
Ayo berkunjung ke Museum BI. Lokasinya mudah dicapai kok. Kalau naik kereta turun di stasiun Jakarta Kota. Kalau naik TransJakarta turun di halte Kota. Lalu jalan kaki deh, tinggal nyeberang jalan. Museum BI buka setiap hari sekitar pukul 08.00---15.00, kecuali Senin tutup yah.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H