Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia, yang dikenal sebagai IAAI, Sabtu, 20 Oktober 2018 menyelenggarakan Seminar Nasional bertema "Permasalahan di Seputar Adaptasi Bangunan Cagar Budaya Perkantoran dan Solusi Pemanfaatan yang Berkelanjutan". Â Pembahasan ditinjau dari beberapa perspektif. Tampil empat narasumber dalam seminar tersebut. Diharapkan mereka---karena memiliki kapasitas dan kapabilitas---dapat memberikan solusi yang sinerjis.
Narasumber tersebut adalah Junus Satrio Atmodjo, Ketua Umum IAAI 2011-2014 dan 2014-2017, yang membahas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dalam melakukan pekerjaan adaptasi bangunan cagar budaya perkantoran dari sudut pandang pelestarian; Endy Subijono dari Ikatan Arsitek Indonesia, membahas tentang permasalahan lapangan dalam pekerjaan adaptasi bangunan cagar budaya perkantoran dan solusi dari sudut pandang arsitektural yang memperhatikan pelestarian; Dian Irawati Fauzi dari Kementerian PUPR, yang menekankan pada kesesuaian pelaksanaan Permen PUPR No. 1 Tahun 2015 dengan UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; dan Miranda Gultom, yang mengangkat permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan bangunan cagar budaya di kawasan kota tua Jakarta.
Pembukaan seminar diawali laporan Ketua IAAI 2017-2020, Wiwin Djuwita Ramelan. Dilanjutkan sambutan dari Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Fitra Arda. Sambutan berikutnya sekaligus membuka acara dilakukan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Farid Hilmar.
Sebelum seminar dilangsungkan penyerahan penghargaan untuk para pemenang lomba menulis. Lomba tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman bekerja sama dengan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia dan Komunitas Luar Kotak. Lomba menulis mencakup dua tema, yakni "Aku dan Purbakala" dan "Toponimi Indonesia". Para peserta berasal dari seluruh Indonesia. Mereka berumur 15-24 tahun.
Menurut laporan Ketua IAAI, lomba menulis diikuti 1.177 peserta. Jumlah yang luar biasa untuk generasi milenial. Mereka sangat antusias menulis, terlihat dari pengalaman atau reportase yang mereka kemukakan.Â
Tulisan-tulisan tersebut diunggah di media sosial, yakni Facebook dan Instagram. Pada awalnya juri seleksi memilih masing-masing 10 karya terbaik dari setiap tema. Selanjutnya juri final memeras lagi menjadi masing-masing 5 karya terbaik dari setiap tema.
Dari tema "Aku dan Purbakala" yang beruntung adalah Aisya Auliya Sudrajat (juara 1), Rosmedia Tiurmaida Hasugian (juara 2), Rizky Clarinta Putri (juara 3), M. Satrio (favorit1), dan Reza Ramadhan (favorit 2). Sementara dari tema "Toponimi Indonesia" M. Yusril Mirza (juara 1), M. Masrudin Firdiyansyah (juara 2), Khaolil Mudlaafar (juara 3), M. Ikhsan Zulkarnain (favorit 1), dan Eko Prasetyo (favorit 2).
Komunitas Luar Kotak, penanggung jawab lomba menulis, baru terbentuk pada 2017. Komunitas itu digawangi oleh sejumlah lulusan Arkeologi UI yang bukan ASN. Sebelumnya mereka berpengalaman di bidang komunikasi, perikalanan, dan jurnalistik televisi.
Rangkaian lain dalam memperingati HUT ke-105 Purbakala berupa peluncuran buku Warisan Budaya Maritim Nusantara. Buku tersebut merupakan kumpulan artikel dari anggota IAAI yang dipresentasikan dalam acara Pertemuan Ilmiah Arkeologi Juli 2017 lalu.
Arkeologi untuk publik, begitulah kira-kira acara ini. Selain anggota IAAI, turut diundang organisasi profesi lain dan komunitas sejarah/budaya. Jatah undangan juga diberikan kepada anggota masyarakat yang berminat. Terus maju arkeologi. Â