Dalam panel "Peran dalam Pergerakan Politik" diceritakan, pada 1928 Sarmidi bergabung dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). Namun pada 1931 PNI dibubarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Kemudian ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo). Partindo pun bernasib sama dengan PNI, sehingga Sarmidi berjuang melalui Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).
Pada topik "Zaman Kemerdekaan" diceritakan Sarmidi Mangunsarkoro mendapat kepercayaan menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada Kabinet Hatta II Agustus 1949-Januari 1950, lanjut pada Kabinet Halim Januari 1950-September 1950.
Sarmidi Mangunsarkoro yang lahir pada 23 Mei 1904, meninggal pada 8 Juni 1957. Tercatat ia pernah mendapat Bintang Mahaputra Adipradana  dan gelar Pahlawan Nasional pada 2011. Demikian menurut topik kelima "Akhir Hayat".
Selain panel informasi, dalam pameran diperlihatkan beberapa foto koleksi keluarga, beberapa piagam, dan pakaian beliau. Turut hadir dalam pameran, narasumber Rushdy Hoesein dan Djoko Marihandono serta beberapa kepala museum.
Menurut Kepala Museum Sumpah Pemuda Ibu Huriyati, penyelenggaraan pameran bekerja sama dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Jadi selama waktu penyelenggaraan, berbagai sekolah  akan diundang ke museum. Meskipun begitu, secara perorangan para pelajar pun diperkenankan datang. Alamat museum Jalan Kramat Raya 106, Senen, Jakarta Pusat. Â
Di Jakarta nama Sarmidi Mangunsarkoro diabadikan sebagai nama jalan Ki Mangunsarkoro di daerah Menteng.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H