Bukan satu acara. Bukan pula dua acara. Tapi serangkaian acara digelar Museum Basoeki Abdullah sejak 25 September 2018 lalu hingga 25 Oktober 2018 mendatang. Setelah pembukaan pameran 25 September lalu, hari ini 27 September, Museum Basoeki Abdullah menyelenggarakan seminar "Spirit Potret". Temanya "Peran  Basoeki Abdullah dalam Perkembangan Seni Lukis Potret Indonesia".
Acara diawali sambutan dari ketua panitia seminar, Septian Tito. Menurut Tito, kegiatan diikuti sekitar 70 peserta, terdiri atas pelajar, mahasiswa, guru, komunitas, dan pemerhati seni rupa. Promosi untuk acara itu, katanya, terbilang sangat singkat, antara lain melalui media sosial. Â Selanjutnya Kepala Museum Basoeki, Ibu Maeva Salmah, memberikan sambutan. Beliau mengharapkan hasil seminar bermanfaat bagi masyarakat, terutama lewat Museum Basoeki Abdullah. Apalagi selama ini Museum Basoeki Abdullah telah melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat, seperti pameran lukisan dan lokakarya melukis untuk para pelajar.
Seminar menampilkan tiga pembicara, yakni Guruh Ramdani (Dosen IPB), Watie Moerany (Pemerhati Seni), dan Agus Dermawan T. (Pemerhati Seni dan Penulis Buku). Bertindak sebagai moderator Frigidanto Agung.
Guruh mengisahkan seorang seniman muda yang aktif di media sosial. Berkat rajin memposting aktivitas berikut pendapatnya berikut sketsa lukisan, ia banyak sekali menerima banyak pesanan sketsa lukisan potret wajah. Rata-rata yang memesan dua orang dalam sehari. "Generasi perupa muda yang cara kerjanya tidak pernah dibayangkan sebelumnya di masa 90-an di akhir masa hidup maestro seni lukis potret Indonesia Basoeki Abdullah," kata Guruh.
Namun lingkup pergaulan Basoeki hanya di kalangan elit dan tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat bawah, sehingga tidak menularkan ilmu untuk mendidik masyarakat mengenai seni lukis. Demikian kata Guruh lagi. Jadinya para seniman pemujanya rata-rata belajar dari buku, poster, dan katalog pamerannya saja.
Menurut Guruh, secara umum lukisan-lukisan Basoeki Abdullah bisa dicirikan lewat pengaturan komposisi yang dinamis namun tetap terjaga keseimbangannya. Juga fokus dan mempunyai perhatian yang sangat serius terhadap tata cahaya. Bisa dikatakan hampir mayoritas lukisan-lukisan Basoeki Abdullah menggunakan tata cahaya berupa efek kemunculan matahari di pagi hari atau selalu menghindari tingkat kontras yang tinggi seperti cahaya pada siang hari.
Guruh berpendapat demikian berdasarkan eksperimen terhadap foto-foto lukisan Basoeki Abdullah menggunakan aplikasi photoshop di komputer. Jelas, Basoeki merupakan pelukis yang jenius.
Menurut Watie Moerany yang berpengalaman mengelola Galeri Nasional, Basoeki tidak sekadar memotret manusia atau keindahaan alam, tetapi ia suka mempercantik obyek yang dilukisnya. Basoeki kenal baik dengan Presiden Suharto. Tidak heran koleksi lukisan Sukarno yang berada di lima istana kepresidenan terbanyak adalah karya Basoeki Abdullah. Dari sejumlah istana itu, Istana Cipanas sudah terbuka untuk umum. Jadi masyarakat bisa melihat koleksi-koleksi lukisan Basoeki Abdullah dan banyak pelukis lain di sana. Â
Berkat melukis, kata Watie, Basoeki juga berperan sebagai diplomat budaya. Ia membangun diplomasi budaya sehingga Indonesia berhasil menjalin persahabatan dengan negara-negara lain melalui karya-karya lukisnya.
Basoeki sering dijuluki pelukis istana. Ia banyak melukis keluarga Kerajaan Thailand, Kerajaan Kamboja waktu itu, keluarga Presiden Filipina, dan lain-lain. Namun sesungguhnya, kata Agus Dermawan T., Basoeki tidak pernah melukis di istana Indonesia. Ia hanya berteman baik dengan Sukarno.
Agus sejak 1980-an sering berkomunikasi dengan Basoeki Abdullah. Jadi ia tahu proses Basoeki Abdullah melukis potret. "Saya masih ingat, di rumahnya tertempel poster berisi tarif untuk membuat lukisan potret, misalnya 60 cm x 90 cm berapa dan 90 cm x 100 cm berapa," cerita Agus.
Di mata banyak orang, terutama sesama pelukis, Basoeki pernah dijuluki pelukis borjuis, pelukis glamor, dan pelukis pesanan. Maklum, ketika ia memasang tarif, pelukis-pelukis lain masih tanpa tarif.
Banyak tanya jawab dalam seminar itu. Misalnya tentang bagaimana agar para pelajar memberi apresiasi pada seni lukis. Juga tentang istilah tukang gambar dan seniman. Bahkan beberapa pelukis memberi uneg-uneg betapa mereka terbantu berkat kegiatan yang pernah dilakukan oleh Museum Basoeki Abdullah.
Belum tahu Museum Basoeki Abdullah? Inilah alamatnya, Jalan Keuangan Raya Nomor 19-21, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Ancer-ancernya dari arah Blok M kita menuju Jalan Fatmawati. Sekitar 300 meter sebelum jalan layang, ada Jalan Keuangan. Dari ujung jalan, masuk lagi sekitar 200 meter.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H