Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pulau Bersejarah di Kepulauan Seribu Bisa Menjadi Museum Langka di Tengah Laut

1 September 2018   09:56 Diperbarui: 1 September 2018   10:15 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta kunjungan situs di lapangan (Dokumentasi pribadi)

Pulau Onrust lebih populer daripada Pulau Cipir. Ini bisa dilihat dari kata onrust, yang berarti tidak pernah istirahat. Menurut Laporan Penggalian Arkeologi Pulau Onrust Kepulauan Seribu (1985), Pulau Onrust mulai dikenal pada 1619. 

Ketika itu dipergunakan sebagai tempat perbaikan galangan kapal Kompeni. Pada tahun-tahun berikutnya didirikan benteng kecil dan rumah sakit. Benteng didirikan pada 1656 untuk menjaga keamanan kapal-kapal yang sedang diperbaiki. Didirikan pula penjara dan dua buah kincir angin.

Seperti halnya Pulau Cipir, pulau ini pun pernah dihancurkan Inggris. Terakhir pada 1810. Pada 1828 Pemerintan Belanda mulai mendirikan bangunan baru. Pada 1848 mulai dibangun pangkalan angkatan laut dan pada 1856 dibangun dok apung kering.

Pada 1942 Pemerintah Jepang menjadikan Pulau Onrust sebagai tempat penjara dan karantina haji. Fungsi terakhirlah yang lebih dikenal hingga sekarang. Soalnya sisa-sisa bangunan tersebut masih tampak.

Selain bangunan, di Pulau Onrust juga terdapat museum kecil. Museum itu memamerkan berbagai hasil penggalian arkeologi, seperti keramik, batu bata, pipa gouda, dan benda logam. Lihat juga tulisan saya di sini.

Laporan penggalian arkeologi Pulau Cipir dan Onrust 1983/1985 (Dokumentasi pribadi)
Laporan penggalian arkeologi Pulau Cipir dan Onrust 1983/1985 (Dokumentasi pribadi)
Karantina haji

Kunjungan ke Pulau Cipir dan Onrust dipandu oleh Pak Candrian, arkeolog yang pernah beberapa tahun menggali dan mengepalai kawasan Onrust. Ia bercerita tentang penyakit yang diderita para haji. Lalu upaya untuk menanggulangi wabah tikus dengan membuat pagar khusus agar tikus sulit masuk.

Pak Candrian mengkhawatirkan kalau wisata massal berlangsung di pulau bersejarah. Selama ini pulau-pulau tersebut, termasuk pulau-pulau lain di sekitarnya, telah mengalami penyusutan cukup banyak karena pengikisan oleh air laut. Pasir di pulau mungkin akan hilang sedikit demi sedikit karena menempel pada alas kaki pengunjung. Diperkirakan 35 tahun mendatang keadaan pulau akan kritis.

Saya lihat banyak fasilitas baru dibuat dalam rangka mendukung kepariwisataan. Seharusnya ada gotong royong antarinstansi karena kita bicara pariwisata dan pelestarian. Penelitian arkeologi harus segera dilakukan secara mendalam untuk mengorek informasi tentang periode abad ke-17 sampai ke-19. Informasi itulah yang belum tampak ke permukaan karena artefak-artefaknya masih terpendam di dalam tanah.

Mengingat waktu, ketika itu Pulau Kelor dan Pulau Bidadari hanya dilewati. Jadi saat ini kita punya empat pulau bersejarah, yakni Cipir, Onrust, Kelor, dan Bidadari. Kalau ditangani serius dengan pengelolaan profesional,  inilah museum  langka karena berupa kawasan cagar budaya dan di tengah laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun