Di dalam gedung megah yang di mata masyarakat awam sering disebut Gedung Kura-kura terdapat sebuah museum. Gedung Kura-kura merupakan sebutan populer untuk Gedung DPR. Di bawah tangga terdapat sebuah ruangan luas.Â
Nah, kalau kita naik ada sebuah museum, Museum DPR namanya. Beberapa penunjuk arah di dinding lantai 1 dan lantai 2 cukup memudahkan pengunjung untuk datang ke sana.
Gedung Kura-kura sangat dikenal pada 1998. Ketika terjadi unjuk rasa yang melibatkan mahasiswa untuk menumbangkan rezim Orde Baru, para mahasiswa naik ke atas gedung tersebut. Padahal, konstruksi atap tidak dirancang untuk menahan beban begitu berat.
Letak museum memang agak terpencil. Lagi pula ruangan lantai 2 agak sepi. Pantas saja banyak anggota DPR tidak tahu adanya museum. Dulu, Museum DPR-RI, begitu nama lengkapnya, berada di Pustakaloka Gedung Nusantara IV. Sekarang berada di Gedung Nusantara lantai 2.Â
Prasasti peresmian Museum DPR-RI ditandatangani oleh Ketua DPR/MPR-RI, M. Kharis Suhud, pada 16 Agustus 1991. Pembuatan Museum DPR-RI sendiri dimulai dengan membentuk Yayasan Museum DPR-RI yang diketuai oleh Dr. H.J. Naro. Sayang yayasan ini sekarang sudah tidak ada lagi.
Menyambut ulang tahun ke-27 Museum DPR-RI sekaligus memperingati kelahiran DPR-RI, maka pada 27-28 Agustus 2018 Museum DPR-RI bekerja sama dengan Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat dan Asosiasi Museum Indonesia DKI Jakarta Paramita Jaya, menyelenggarakan Seminar Nasional "Optimalisasi Peran Museum DPR-RI dalam Menyosialisasikan Sejarah dan Kinerja Dewan. Bersamaan dengan itu diadakan Pameran DPR dalam Lintasan Sejarah Bangsa.
DPR berawal dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Â KNIP lahir pada 29 Agustus 1945.
Heriyanti O. Untoro memberikan materi pada seminar tersebut. Dari makalahnya kita tahu bahwa tujuan pendirian Museum DPR-RI antara lain agar dapat dijadikan tempat pembelajaran sejarah dan perpolitikan di Indonesia. Selain itu untuk mengumpulkan, merawat, dan melestarikan berbagai benda koleksi yang digunakan untuk menunjang kegiatan anggota DPR. Â
"Diharapkan melalui Museum DPR-RI para generasi muda dan masyarakat luas memperoleh pembelajaran dan pencerahan tentang kinerja mereka. Museum DPR-RI merupakan salah satu museum penting bagi bangsa karena koleksinya menggambarkan kinerja para wakil rakyat saat memperjuangkan inspirasi rakyat dari masa ke masa," kata Heriyanti.
Selanjutnya menurut Heriyanti, Museum DPR bersifat dinamis mengingat perjalanan sejarah para anggota dewan masih terus berlangsung sampai sekarang hingga masa yang akan datang. Dengan demikian koleksi yang dapat dipamerkan akan kian bertambah terus dari tahun ke tahun.
Sebenarnya, kata Heriyanti, inisiatif para anggota DPR terdahulu untuk mendirikan Museum DPR patut dihargai dan didukung penuh. Soalnya sampai saat ini tidak banyak negara yang mempunyai museum tentang parlemennya.
Selama ini terdapat berbagai masalah yang dihadapi Museum DPR, sebagaimana pengamatan Heriyanti. Keterbatasan luas gedung belum mampu menampung banyak koleksi. Menurut seorang petugas, luas museum sekitar 400 meter persegi. Akibatnya masih banyak koleksi tersimpan di dalam gudang.
Interpretasi koleksi belum sempurna, demikian kata Heriyanti. Yang miris, Museum DPR hanya memiliki dua tenaga. Itu pun belum berprofesi kurator. Sebagian penyajian koleksi lepas dari konteks, belum menggambarkan peran DPR-RI seutuhnya, belum mampu menyajikan informasi tentang ke-DPR-an, dan kurang sosialisasi sehingga banyak anggota DPR dan masyarakat belum tahu keberadaan museum ini adalah hal lain yang dikemukakan Heriyanti.
Heriyanti juga menyinggung adanya gamelan pada ruang koleksi yang tidak ada konteks dengan koleksi. Menurut seorang petugas, perangkat gamelan itu digunakan oleh para pegawai untuk latihan.Â
Tadinya hanya ada satu perangkat, tapi kemudian bertambah dua. Yang mengganggu, para pegawai sering membawa anak-anak mereka. Ketika orang tuanya berlatih, anak-anak berlarian ke sana ke mari di ruangan museum.
Keberadaan Museum DPR-RI tergolong eksklusif. Meskipun tidak dikenakan karcis masuk, harus ada izin untuk mengunjungi museum itu. Permohonan kunjungan disampaikan kepada Humas DPR-RI.Â
Sayang dalam informasi yang diberikan tidak disertakan alamat pos elektronik, padahal sekarang sudah zaman digital. Pengunjung yang ke sana pun harus melalui pos penjagaan, yang tentu saja berkesan 'menakutkan'.
Saat ini Museum DPR-RI menjadi bagian Bidang Arsip dan Museum. Alamat lengkapnya Gedung Nusantara I lantai 2, Jalan Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270, telepon (021) 5756074 dan faksimili (021) 5765996. Jadwal kunjungan Senin s.d Kamis pukul 08.00-15.00, dengan catatan istirahat pukul 12.00-13.00. Pada Jumat museum buka pukul 08.00-16.00, istirahat pukul 11.30-13.00. Sabtu dan Minggu museum tutup.