Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pada 1942-1945, Saseo Ono Memperkenalkan Mural kepada Seniman Indonesia

3 Agustus 2018   12:11 Diperbarui: 3 Agustus 2018   12:50 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri Nino Oktorino, Susanto Zuhdi, Jajat Burhanuddin, dan I Ketut Surajaya (Dokumentasi pribadi)

Tak cuma pameran dan peluncuran buku, Direktorat Sejarah juga menyelenggarakan seminar bertajuk "Hubungan Indonesia-Jepang dalam Lintasan Sejarah". Seminar itu berlangsung di Perpustakaan Nasional pada 2 Agustus 2018.

Seminar berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan Susanto Zuhdi (Guru Besar Sejarah FIB UI), Nino Oktorino (Penulis sejarah militer), dan Jajat Burhanuddin (Dosen Sejarah UIN Syarif Hidayatullah). Sebagai moderator I Ketut Surajaya (Guru Besar Sejarah FIB UI). 

Sesi kedua menampilkan Ryo Nakamura (Staf kedutaan besar Jepang), Aiko Kurosawa (Guru Besar Keio University), Didi Kwartanada (Peneliti sejarah), dan Aminudin Siregar (Dosen ITB). Sebagai moderator Direktur Sejarah, Triana Wulandari.

Dari kiri Nino Oktorino, Susanto Zuhdi, Jajat Burhanuddin, dan I Ketut Surajaya (Dokumentasi pribadi)
Dari kiri Nino Oktorino, Susanto Zuhdi, Jajat Burhanuddin, dan I Ketut Surajaya (Dokumentasi pribadi)
Mengalahkan Rusia

Susanto Zuhdi membahas keberadaan dan peran bangsa Jepang di wilayah Indonesia pada masa 1900-1942. Keberhasilan Jepang dalam mengalahkan Rusia pada 1905 menginspirasi kaum pergerakan nasional Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Maka pada 20 Mei 1908 terbentuk organisasi Boedi Oetomo, yang hari jadinya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Menurut Susanto, dalam bidang ekonomi hubungan Indonesia-Jepang sudah terjalin sejak 1930. "Perusahaan semi pemerintah Jepang seperti Nanjo Kohatsu, telah melakukan penanaman modal secara lebih intensif di wilayah Hindia-Belanda," begitu kata Susanto.

Pada bagian lain Susanto mencontohkan peran Achmad Subardjo yang pernah belajar dan tinggal di Jepang. Achmad Subardjo merupakan tokoh BPUPKI dan PPKI.

Nino membahas operasi militer Jepang di Indonesia. Diawali ketika Jepang ingin sejajar dengan bangsa maju. Dalam perang, Jepang mulai ekspansi ke Korea dan Taiwan. Selanjutnya mengalahkan Rusia dan menguasai Mancuria. Setelah itu Jepang mengincar Hindia-Belanda. 

Menurut Nino, keunggulan Jepang terletak pada senjata rahasia milik mereka, torpedo, yang memiliki daya jelajah lebih jauh daripada punya Sekutu. Keunggulan lain, mampu mencuri rahasia militer Belanda lewat tukang cuci, pedagang kelontong, dan lain-lain yang menyamar.

Sebagai dosen di UIN, Jajat Burhanuddin membahas persoalan agama pada 1942-1945. Jepang melihat organisasi-organisasi Islam di Indonesia sangat antibarat. Maka untuk menarik dukungan dan memudahkan mobilisasi umat, Jepang mendirikan Shumubu (Kantor Urusan Agama) dan MIAI (Majelis Islam'ala Indonesia) sebagai wadah organisasi massa dan menempatkan para tokoh Islam di dalam Gunseikan.

Dari kiri Ryo Nakamura, Aiko Kurosawa, Triana Wulandari, Didi Kwartanada, dan Amirudin Siregar (Dokumentasi pribadi)
Dari kiri Ryo Nakamura, Aiko Kurosawa, Triana Wulandari, Didi Kwartanada, dan Amirudin Siregar (Dokumentasi pribadi)
Pampasan perang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun