Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kata Soekarno, "Indonesia Pasti Merdeka Sebelum Jagung Berbunga"

3 Agustus 2018   08:54 Diperbarui: 3 Agustus 2018   09:21 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jayabaya pernah meramal demikian, "Akan datang bangsa berkulit kuning dari Utara, berperawakan tidak tinggi, pendek pun juga tidak. Mereka itu nanti akan menduduki tanah Jawa, namun hanya seusia tanaman jagung".  Begitulah orang-orang pada masa kemudian menafsirkan bangsa yang dimaksud adalah Jepang. Menurut buku-buku sejarah, Jepang menduduki Nusantara pada 1942-1945. Kekuasaan yang seumur jagung.

Banyak orang menganggap kiprah Jepang di Nusantara merugikan bangsa Indonesia. Istilah seperti rodi, romusha, dan jugun ianfu masih tetap dikenang sampai sekarang. Ketiga istilah itu mengacu pada kekejaman yang dianggap tidak manusiawi.

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid di acara pembukaan pameran (Dokumentasi pribadi)
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid di acara pembukaan pameran (Dokumentasi pribadi)
Propaganda

Jepang di masa itu dikenal dengan propaganda untuk mengambil hati rakyat Indonesia. Mereka menyebut diri sebagai "saudara tua", bahkan menganggap Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon pemimpin Asia.

Berbagai sumber sejarah tentang Indonesia dan Jepang tergambar dalam foto, poster, kliping media cetak, dan lukisan/sketsa yang dibuat dan ditulis semasa pendudukan Jepang. Sumber-sumber itu dipamerkan di Perpustakaan Nasional pada  mulai 2-10 Agustus 2018. Pameran terselenggara berkat kerja sama Direktorat Sejarah dengan Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, Lembaga Kantor Berita Nasional 'Antara', dan Perusahaan Umum Percetakan Negara Republik Indonesia.

Beberapa media cetak yang terbit masa itu, seperti koran Tjahaja, koran Soeara Asia, majalah Djawa Baroe, majalah Pradjoerit, dan majalah Pandji Poestaka memberi informasi berharga tentang suasana sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia. "Indonesia pasti Merdeka, sebelum djagoeng berboenga," demikian kata Soekarno. Kata-kata demikian tertulis sebagai kepala berita di koran Tjahaja.

Salah satu materi pameran (Dokumentasi pribadi)
Salah satu materi pameran (Dokumentasi pribadi)
Kebangkitan Nasional

Dalam pameran kita bisa saksikan opini Soekarno terkait hubungan kerja sama dengan penguasa yang dimuat dalam majalah Pandji Poestaka, No. 22. 5 September 1942. Ada lagi sejumlah sketsa karya Saseo Ono, lukisan cat minyak tentang perundingan Kalijati, kartupos yang ditulis tawanan perang, dan foto tentang tawanan perang. Ada sekitar 70 materi pameran bisa dilihat di Perpustakaan Nasional loh.

Pameran dikuratori oleh Oscar Motuloh dari Galeri Foto Jurnalistik 'Antara'. Selain pameran, pada acara pembukaan diselenggarakan seminar kesejarahan yang mengusung topik "Hubungan Indonesia -- Jepang dalam Lintasan Sejarah".

Menurut Direktur Sejarah, Ibu Triana Wulandari, kegiatan pameran dan seminar berkaitan dengan peringatan 110 tahun Kebangkitan Nasional dan 60 tahun hubungan Indonesia-Jepang. Hubungan diplomatik Indonesia-Jepang, sebagaimana dituturkan Direktur Jenderal Kebudayaan Pak Hilmar Farid, terjalin sejak ditandatangani Perjanjian Perdamaian Jepang-Indonesia pada 20 Januari 1958. "Sejak saat itu Indonesia dan Jepang telah menjadi mitra strategis, hubungan keduanya terus menguat dalam berbagai aspek, tidak hanya ekonomi dan politik, namun juga sosial dan budaya," kata Pak Hilmar.

Salah satu bagian ruang pameran (Dokumentasi pribadi)
Salah satu bagian ruang pameran (Dokumentasi pribadi)
Bersamaan dengan pameran dan seminar, diterbitkan buku berjudul Jagung Berbunga di Antara Bedil dan Sakura. Buku itu membahas fragmen sejarah hubungan Indonesia-Jepang dalam kurun 1942-1945 dengan menampilkan berbagai sumber sejarah dalam berbagai bentuk berupa dokumen, foto, poster, dan lukisan karya seniman Jepang.

Dalam acara pembukaan turut memberikan sambutan Kepala Perpustakaan Nasional, M. Syarif Bando; Direktur Utama Perum LKBN Antara, Medyatama Suryodiningrat, dan  wakil Duta Besar Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun