Pada 30 Oktober 2017 naskah Cerita Panji telah dtetapkan menjadi Memory of the World atau Ingatan Dunia. Pengajuan naskah itu merupakan usaha bersama Indonesia dan Malaysia, didukung beberapa perpustakaan nasional dari Indonesia, Malaysia, Kamboja, Belanda, dan Inggris. Sebelumnya Perpustakaan Nasional Indonesia telah mempunyai naskah Nagarakretagama dan babad Diponegoro sebagai Ingatan Dunia.
Cerita Panji terjadi pada masa kerajaan Kadiri di Jawa Timur. Tokoh utama dalam cerita tersebut adalah Raden Panji Inu Kertapati dan Dewi Candrakirana. Ceritanya berkisar peperangan dan romantisme. Kisah dan budaya Panji diperkirakan muncul pada abad ke-14. Setelah dari Jawa Timur, menyebar ke Bali, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahkan ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Ternyata kisah Panji menginspirasi perkembangan seni pertunjukan, seperti tarian, teater, wayang, dan topeng. Di luar Jawa, cerita Panji ditulis dengan aksara dan bahasa yang berbeda. Hal ini mengindikasikan cerita Panji telah diapresiasi dan dilestarikan secara baik oleh masyarakat. Di luar Indonesia, cerita Panji disebut Inao.
Sebagai tindak lanjut ditetapkan Naskah Cerita Panji sebagai Ingatan Dunia oleh UNESCO, untuk mensosialisasikan naskah tersebut kepada masyarakat, dan mempromosikan budaya Panji kepada generasi muda, maka pada 10 dan 11 Juli 2018 diadakan seminar internasional di Perpustakaan Nasional. Seminar internasional itu menampilkan 11 pakar, yakni Prof. Dr. Nooriah Mohamed (Malaysia), Dr. Roger Tol (Belanda), Dr. Lydia Kieven (Jerman), Dr. Theniraat Jatuthasri dan Prof. Dr. Rujaya Abikhom (Thailand), serta Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Prof. Dr. I Made Bandem, Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro, Dr. Karsono H. Saputra, Dr. Tedi Permadi, dan Drs. Henry Nurcahyo (Indonesia).
Sebelum dan bersamaan dengan seminar internasional juga dilangsungkan Festival Budaya Panji di beberapa daerah, pameran naskah Panji, dan workshop pelestarian naskah Panji.
Menurut Agus Aris Munandar, kisah Panji menggambarkan suasana budaya dan geografi lokal tentang kerajaan-kerajaan yang berkembang di tanah Jawa, dan tentang sepak terjang para raja serta ksatria Jawa sendiri, bukannya tentang kerajaan-kerajaan di India beserta para raja dan kaum kerabatnya. Pernyataan tersebut dikutip Agus dari buku karya Zoetmulder.
Agus melakukan pembahasan berdasarkan buku karya Poerbatjaraka berjudul Kisah Pandji dalam Perbandingan (1968). Dari uraian-uraian di dalam buku Poerbatjaraka, diketahui raja mempunyai istri utama (permaisuri) dan sejumlah selir yang tinggal di lingkungan istana.
Kisah Panji, kata Agus, menyebutkan nama-nama tempat yang masih dikenal dalam masa sekarang sebagai nama kepurbakalaan. Kepurbakalaan yang disebut antara lain Goa Selamangleng di dekat Kediri. Kisah Panji lain menyebutkan nama Gunung Pruwata. Gunung Pruwata ini tidak lain dari Pawitra atau nama lama dari Gunung Penanggungan. Meskipun tingginya sekitar 1.650 meter, di lereng gunung itu terdapat banyak kepurbakalaan.
Dalam uraian lain, Panji Kuda Narawangsa, disebutkan adanya Sanggar Palanggatan, tempat pemujaan dalam hutan yang didatangi Putri Daha dalam pengembaraannya. Ternyata sampai sekarang masih dijumpai adanya reruntuhan bangunan kuno yang disebut dengan Punden Palanggatan di lereng barat Gunung Lawu.