Kata Adjie, menurut koran Sin Po, mausoleum OG Khouw mengalahkan makam miliarder AS, Rockefeller. Boleh dikatakan sampai saat ini merupakan mausoleum terbesar di Asia Tenggara.
Sejak lama bangunan itu terlantar. Mungkin karena Khouw tidak punya keturunan. Namun perawatan tetap dilakukan oleh Komunitas LOH. Sejak Adjie terserang stroke, upaya perawatan boleh dibilang menurun. "Yang rawan bagian atap karena tumbuh pohon beringin akibat kotoran burung," kata Adjie. Tadi ketika diamati tim KPBMI, di sana-sini terlihat retakan. Tentu perlu penyelamatan segera.
Lama-kelamaan makam di kompleks mausoleum semakin banyak. Padahal mereka bukan keluarga Khouw. Di bagian luar, masih tersisa empat patung marmer, masing-masing dua di bagian depan dan belakang.
Selain diskusi, KPBMI juga melakukan bersih-bersih mausoleum. Yang sangat mendukung, para generasi muda milenial ini cukup paham pekerjaan konservasi. Para peserta dibagi ke dalam enam regu. Mereka dibekali kuas, lap, air, gayung, sikat, dan sarung tangan.
Mengingat mausoleum ini terlantar, KPBMI akan mengusulkan supaya dijadikan cagar budaya saja. Arsitektur bangunan ini yang art deco sangat unik. Semoga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bisa melakukan kajian karena ada tim pendukung, yakni Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta. Secepatnya harus dilakukan kajian.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H