Untuk kedua kalinya Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) menyelenggarakan Sinau Aksara dan Bedah Prasasti. Sinau merupakan kata populer untuk belajar. Kegiatan itu dilaksanakan di Museum Nasional pada Minggu, 27 Mei 2018. Berbeda dengan kegiatan pertama yang diadakan pagi hingga siang hari, kegiatan kali ini berlangsung siang hingga sore hari dan diakhiri dengan buka puasa bersama. Maklum, kita masih berada dalam bulan suci Ramadhan. Jadi melakukan Ngabuburit Budaya di Museum Nasional. Pas Museum Nasional pun masih mengadakan serangkaian kegiatan sehubungan dengan Hari Museum Internasional setiap 18 Mei.
Kegiatan sinau memang kami rencanakan sejak lama. Untuk sementara kami laksanakan setiap dua bulan. Mendatang kegiatan akan berlangsung pada Juli. Dalam kegiatan ini kami didukung oleh Museum Nasional serta Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Pengarahan dan pembukaan kegiatan dilakukan oleh Bapak Judi Wahjudin, mewakili Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.
Para pengajar sinau masih tetap sama seperti sebelumnya, yakni Sri Ambarwati atau biasa disapa Ami dan Fifia Wardhani atau Fifi. Keduanya merupakan arkeolog yang mengambil spesialisasi epigrafi. Boleh dikatakan epigrafi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk-beluk aksara kuno dan bahasa kuno.
Ternyata minat masyarakat awam untuk mengikuti kegiatan sinau aksara amat besar. Â Begitu dibuka pendaftaran lewat google form di internet, langsung masyarakat mengisi form tersebut. Dalam empat jam saja, pendaftar berjumlah 470. Terpaksa kami tutup, karena kuota hanya 70 peserta. Sebagai komunitas, kami memang terkendala biaya untuk konsumsi dan sebagainya. Maklum bukan kegiatan komersial, tapi edukasi.
Antusiasme masyarakat terlihat dari kunjungan ke ruang pameran. Banyak bertanya mereka lakukan. Ami dan Fifi banyak pula memberikan penjelasan.
Ketika melakukan registrasi, setiap peserta diberikan tabel aksara Jawa Kuno. Ini untuk pegangan mereka. Tabel ini sangat bermanfaat ketika mereka melakukan latihan menulis nama sendiri. Kelihatannya memang mudah, ternyata praktik di lapangan agak berbeda.
Meskipun masih sulit, ternyata ada beberapa peserta yang mampu menuliskan nama sendiri agak lancar. Ketika diluncurkan kuis untuk menulis nama dalam aksara Jawa Kuno, beberapa peserta mampu melakukannya. Mereka dihadiahi komik terbitan kerja sama KPBMI dan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.