Meskipun diupayakan berbagai pihak, namun usulan Kota Tua Jakarta sebagai Warisan Dunia terganjal adanya titik singgung reklamasi di Pulau Onrust. Jarak titik singgung itu sekitar 0,5 mil dari garis pantai.
Kota Tua Jakarta bersama empat pulau bersejarah di sekitarnya, yakni Bidadari, Onrust, Cipir, dan Kelor merupakan satu kesatuan. Keempat pulau itu berperan dalam lintas perniagaan VOC. Dengan adanya reklamasi, kemungkinan ada pengaburan jalur. Kalau ingin diakui UNESCO, maka keaslian bangunan dan jalur harus tetap terjaga.
Kendala lain di Kota Tua Jakarta adalah kepemilikan bangunan. Tercatat 52 persen milik BUMN dan 40 persen milik swasta dan perorangan. Pemerintah provinsi DKI Jakarta sendiri hanya memiliki enam bangunan. Dengan demikian bangunan-bangunan tersebut sulit dikonservasi. Bahkan banyak bangunan terkesan dibiarkan roboh sendiri agar bisa dijual.
Kepala UPK Kota Tua Jakarta, Norviadi mempertanyakan bagaimana kalau keempat pulau itu tidak dimasukkan. Lalu apa yang harus dilakukan pihak UPK, apakah cukup kota tua di darat saja yang diajukan. Masalah demikian terungkap dalam pemaparan bertajuk "Taklimat Media" di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin, 16 April 2018.
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Kemdikbud, Nadjamudin Ramly bercerita juga tentang rendang, atau dalam bahasa aslinya randang, yang diusulkan menjadi warisan dunia. Demikian pula reog Ponorogo, gamelan, kolintang, tambang batu bara Sawahlunto, dan beberapa lainnya.
Ikut berbicara Dohardo Pakpahan dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Ia mengemukakan pentingnya mengajukan warisan dunia. Warisan dunia merupakan satu-satunya di dunia, jadi kebanggaan bangsa, katanya. Dengan menjadi warisan dunia maka akan dirawat. Selain itu nilai tidak akan luntur. "Yang penting akan terjadi peningkatan pariwisata sekitar 20 persen," cerita Dohardo.
Eropa dan Penang menjadi contoh bagus betapa setelah penetapan sebagai warisan dunia, jumlah kunjungan wisatawan meningkat. "Wisatawan yang akan mengunjungi suatu negara, pasti akan mencari peta jalan. Jadi kita harus membuat peta warisan dunia yang ada di Indonesia," kata Dohardo.
Penetapan Hari Warisan Dunia setiap 18 April bermula pada 18 April 1982 ketika di Tunisia diluncurkan Hari Internasional untuk Monumen dan Situs. Dalam konferensi UNESCO November 1983, direkomendasikan kepada negara-negara anggota untuk ikut merayakan momen tersebut. Itulah sejarah Hari Warisan Dunia.
Tujuan dari Hari Warisan Dunia adalah mendorong umat manusia di seluruh dunia, baik kelompok masyarakat maupun perorangan, untuk menyadari pentingnya warisan budaya terhadap kehidupan, identitas, dan komunitas mereka. Di Indonesia Hari Warisan Dunia ditandai dengan berbagai kegiatan di beberapa situs warisan dunia seperti Borobudur, Prambanan, dan Sangiran sejak 13 April 2018 dan ditutup pada 29 April 2018 di kawasan Prambanan. Warisan dunia di Indonesia selain memiliki fungsi seperti yang dikenal secara umum, juga difungsikan sebagai alat diplomasi.
Menurut Kepala Subdirektorat Program, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Rosery Rosdi Putri, di Jakarta rangkaian acara dimulai pada 16 April 2018 berupa pembukaan pameran dan taklimat media. Selasa, 17 April 2018 diselenggarakan bincang warisan dunia. Pameran akan berlangsung hingga 19 April 2018 di Plaza Insan Berprestasi, Gedung A Kemdikbud, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat. Silakan berkunjung selama jam kantor.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H