Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Melihat Pendidikan "Tempo Doeloe" di Museum Pendidikan Indonesia

27 Maret 2018   07:30 Diperbarui: 27 Maret 2018   08:42 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meja belajar tempo doeloe (Dokpri)

Generasi "zaman old" pasti mengenal yang namanya pena. Pena terdiri atas tangkai yang panjangnya seukuran pulpen pada masa sekarang, dilengkapi mata pena. Mata pena ini dicelupkan ke dalam botol tinta, yang umumnya terdapat di tengah-tengah meja belajar. Lewat mata pena inilah para pelajar menulis di atas buku. Celup nulis celup nulis, begitu yang dilakukan para pelajar di sekolah.

Mata pena pasti dikenal oleh para pelajar di era 1950-an sampai 1960-an. Begitu pula meja belajar yang berupa meja dan kursi sekaligus. Setiap meja belajar diisi oleh dua orang pelajar. Mata pena dan meja belajar "zaman old" bisa dilihat di Museum Pendidikan Indonesia Yogyakarta.

Meja belajar tempo doeloe (Dokpri)
Meja belajar tempo doeloe (Dokpri)
Sejarah pendidikan 

Pembangunan Museum Pendidikan Indonesia dipelopori oleh  Prof. Dr. Sugeng Mardiono Phd. Saat ini Museum Pendidikan Indonesia dikelola oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Isi museum berupa barang-barang yang berhubungan dengan sejarah pendidikan di Indonesia.

Museum Pendidikan Indonesia resmi berdiri pada 8 Juli 2008. Peresmiannya dilakukan oleh  Sri Sultan HB X. Museum Pendidikan Indonesia berdiri di gedung bekas Rektorat Pertama yang berada di area komplek UNY.

Bangunan Museum Pendidikan Indonesia berlantai dua. Lantai satu berisi koleksi barang-barang yang bernilai sejarah pendidikan dan perkembangan dalam komunikasi, seperti surat, akta, ijazah, buku pelajaran, perangko, mesin ketik, dan masih banyak lagi. Lantai dua didesain seperti ruang sinema, lengkap dengan LCD, sistem audio, dan screen projector.

Museum juga dilengkapi ruangan untuk pameran temporer. Banyak koleksi antik dan menarik ada di museum ini. Jangan lupa lihat-lihat sabak, rontal, dan bola dunia yang sekarang sudah tidak dikenal lagi. Pokoknya pernak-pernik pendidikan tempo doeloe ada di museum ini.

Di museum ini ada bioskop yang mampu menampung sekitar 100 pengunjung. Adanya di lantai 2. Saya dibawa ke sana oleh Bapak Hajar Pamadhi, kepala museum yang baru diangkat beberapa bulan lalu.

Koleksi Museum Pendidikan Indonesia (Dokpri)
Koleksi Museum Pendidikan Indonesia (Dokpri)
Murah meriah

Meskipun memiliki fasilitas yang tergolong bagus, biaya masuk museum sangat murah hanya Rp2.500 per orang. Museum membuka layanan untuk umum pada Senin hingga Kamis pukul 08.00-15.30 dan Jumat pukul 08.00-14.00. Sabtu dan Minggu museum tetap melayani rombongan yang sudah mendaftar.

Akses menuju Museum Pendidikan Indonesia sangat mudah dijangkau karena berada Kampus Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, Jalan Colombo No 1, Karangmalang, Depok, Sleman, Yogyakarta. Nomor kontak yang dapat dihubungi 0274-551259 dan 586168 pesawat 1561 atau pos elektronik mpi@uny.ac.id. Informasi lebih lanjut bisa dilihat di laman www.mpi.uny,ac.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun