Kalau tidak ada aral melintang, April 2018 mendatang Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) akan meluncurkan sebuah novel sejarah berjudul Enru (1980-1741). Novel ini karya Lia Zhang, seorang wanita muda yang senang sejarah, museum, dan blusukan.
Novel Enru ditulis Lia selama bertahun-tahun di sela-sela waktu senggang. Sebagian besar setting dalam novel ini berada di sekitar kota tua Jakarta sekarang, terutama di Museum Sejarah Jakarta yang dulu bernama Sadhuis atau Balaikota.
Masa silam
Dikisahkan, Enru merupakan seorang tenaga ahli biro iklan dari Jakarta. Karena suatu hal yang belum bisa dijelaskan, ia terlempar dari masa 1980 (abad ke-20) ke masa 1741 (abad ke-18). Dia terlontar 2,5 abad, dari Jakarta yang modern ke masa silam sewaktu masih bernama Batavia.
Tiba-tiba Enru bingung dan penuh ingin tahu. Maka masuklah Enru ke dalam sebuah petualangan. Ia belum bisa mengetahui bagaimana akhir petualangan itu. Masa 1741 merupakan satu tahun setelah peristiwa sejarah pembunuhan masal bangsa Tionghoa di Batavia.
Di Batavia, Enru mendapati bangsa Belanda yang memang ketika itu sedang berkuasa. Ia juga menemui masyarakat Tionghoa yang masih terbagi dua kelompok, yakni Tionghoa peranakan dan Tionghoa totok. Enru mengalami suka duka hidup di dalam dua kelompok yang berbeda itu.
Di Batavia, Enru menjadi saksi mata ketika seorang Indo-Eropa menjalani hukuman ditarik oleh empat ekor kuda ke empat penjuru. Tempat penyiksaan itu kini dikenal dengan sebutan Pecah Kulit, Jalan Jayakarta sekarang. Tokoh Indo-Eropa itu bernama populer Pieter Erbeveld.
Bisa dikatakan Enru merupakan sebuah novel yang menarik. Isinya sarat akan sejarah Jakarta tempo dulu. Bukan hanya ditulis secara fiksi semata, tetapi didasari hasil riset dari buku-buku sejarah.
Terus terang, menerbitkan buku-buku bertema humaniora ibarat sebuah perjudian. Apalagi dalam kondisi sekarang, ketika minat membaca sudah demikian menurun. Namun KPBMI tetap harus berpartisipasi menggiatkan gerakan literasi untuk mencerdaskan anak bangsa. Apa pun risikonya, novel sejarah Enru harus diterbitkan. Semoga bisa mengalahkan berita-berita hoax yang kerap ditelan begitu saja oleh masyarakat.
Novel sejarah Enru masih dalam proses pengerjaan. Tebalnya diperkirakan tidak kurang dari 500 halaman. Baru Selasa, 20 Maret 2018 lalu, KPBMI mendapat surat pemberitahuan dari Perpustakaan Nasional tentang nomor ISBN yang diperoleh, yakni 978-602-51067-2-9.
Direncanakan novel sejarah ini akan dijual secara daring sebesar Rp180.000. Namun untuk pre order atau pemesanan terlebih dulu dikenakan Rp174.000. Harga khusus ini berlaku hingga 12 April 2018.
Memang sulit mendapatkan keuntungan finansial dari kegiatan literasi ini. Namun bukan tidak mungkin masyarakat semakin gemar membaca dan mencintai sejarah. Masih ada kesempatan untuk memesan novel ini melalui KPBMI dengan alamat pos elektronik kpbmi2017@gmail.com. Mari dukung gerakan literasi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H